Pavel Osipovich Sukhoi sudah memulai kariernya sebagai perancang pesawat pada tahun 1930-an. Ia banyak bekerja sama dengan Andrei Tupolev. Sukhoi kemudian mendirikan biro desain sendiri dan berhasil merancang sejumlah pesawat tempur yang cukup menjajikan, termasuk pesawat serang darat Su-6 yang kemudian memperoleh Stalin Prize pada tahun 1943. Namun Stalin kemudian justru menutup biro desain Sukhoi pada tahun 1949 dan biro desain tersebut baru dibuka kembali setelah kematian Stalin pada tahun 1953.
Tidak lama setelah pembukaan kembali biro desain tersebut, Sukhoi diberi tugas untuk membuat sebuah pesawat tempur baru bagi Angkatan Udara Soviet di mana pesawat tempur baru tersebut akan menggunakan mesin jet Lyulka AL-7 dan menggunakan data-data hasil penelitian terhadap sebuah F-86 Sabre AS yang berhasil direbut oleh Uni Soviet dalam Perang Korea. Pesawat buatan Sukhoi tersebut kemudian diberi nama Su-7 dan berhasil melakukan first flight pada tanggal 7 September 1955. Su-7 sendiri kemudian dibuat sebanyak 1.847 unit dalam berbagai varian dari tahun 1957 sampai dengan tahun 1972. Selain Uni Soviet, Su-7 juga digunakan oleh Afghanistan, Aljazair, Cekoslovakia, Mesir, India, Irak, Polandia, Yaman Selatan, Suriah, Vietnam, dan Korea Utara.
Pada awalnya Su-7 dirancang sebagai sebagai interceptor fighter, namun pada tahun 1956 militer Uni Soviet mengalihkan program Su-7 menjadi fighter-bomber. Sebagai akibatnya maka varian interceptor Su-7A hanya diproduksi sebanyak 132 unit dan dioperasikan sampai dengan tahun 1965. Sementara mulai varian Su-7B pesawat tempur ini diproduksi sebagai fighter-bomber dan ground attack aircraft. Sebagai pesawat serang darat Su-7 dipersenjatai dengan dua pucuk kanon kaliber 30mm dan dapat membawa persenjataan bom atau roket sampai seberat dua ton. Khusus untuk varian Su-7BM bahkan memiliki kemampuan untum membawa bom nuklir tipe 8U69 yang berdaya ledak 5 kiloton.
Sebagai ground attack aircraft, Su-7 termasuk pesawat tempur yang tangguh. Su-7 digunakan oleh Angkatan Udara Mesir dan Suriah dalam Perang Enam Hari tahun 1967, War of Attrition tahun 1970, dan Perang Yom Kippur tahun 1973. Walaupun sejumlah pesawat Su-7 berhasil ditembak jatuh oleh Israel, namun tidak sedikit cerita pilot-pilot Su-7 Mesir dan Suriah yang berhasil kembali ke pangkalan mereka dengan badan pesawat penuh dengan lubang tembakan meriam anti serangan udara Israel.
Ketangguhan Su-7 juga dibuktikan ketika digunakan oleh Angkatan Udara India ketika menghadapi Angkatan Udara Pakistan dalam Perang India-Pakistan pada tahun 1971. Su-7 Angkatan Udara India melakukan lebih dari 1.500 misi tempur dalam perang tersebut dan berhasil menghancurkan kekuatan darat pasukan Pakistan. Walaupun harus kehilangan empat belas unit Su-7, namun sejumlah Su-7 India berhasil kembali ke pangkalannya biarpun dengan badan pesawat penuh dengan lubang peluru. Dua Su-7 India bahkan berhasil kembali ke pangkalannya dengan selamat walaupun telah terkena tembakan peluru kendali AIM-9 Sidewinder.
Uni Soviet sendiri baru mempensiunkan Su-7 pada tahun 1986 dan tidak lama kemudian disusul oleh negara-negara pengguna Su-7 lainnya. Saat ini hanya Korea Utara yang dilaporkan masih menggunakan Su-7 sebagai bagian dari kekuatan Angkatan Udara mereka.
Specifications (Su-7BKL)
Crew : 1
Powerplant : 1 x 94.1 kN Lyulka AL-7F-1 afterburning turbojet engine
Length : 16.80m
Wingspan : 9.31m
Height : 4.99m
Weight empty : 8,937 kg
Maximum take-off weight : 15,210 kg
Maximum speed : 1,150 km/h
Range : 1,650 km
Service ceiling : 17,600m
Armament : 2 x 30mm NR-30 cannons; up to 2,000 kg of bombs and rockets
No comments:
Post a Comment