Saturday, September 10, 2011

PT DI Bidik Peluang Pasar Alutsista TNI Rp 9,23 Triliun

11 September 2011

Helikopter anti kapal selam Eurocopter AS565 Panther untuk TNI AL (photo : Eurocopter)

Pemerintah Diharap Beli Pesawat PT DI Rp 9,23 Triliun

JAKARTA, KOMPAS.com — Pemerintah diharapkan menegaskan komitmennya dalam mendorong penggunaan produk dalam negeri pada semua lini, termasuk pada produk pesawat militer.

Jika pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pertahanan, mengalihkan pembelian seluruh anggaran pesawat militernya ke dalam negeri, PT Dirgantara Indonesia (Persero) yakin dapat menyabet peluang pasar domestik senilai Rp 9,23 triliun.

"Target itu bisa dipenuhi jika pemerintah punya komitmen memakai produk dalam negeri," demikian kutipan isi dokumen Supplement Business Plan PT DI Tahun 2011-2015 halaman 44 yang diterimaKompas di Jakarta, Minggu (11/9/2011).

Dokumen ini secara resmi telah dipublikasikan dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi XI DPR di Jakarta pada 8 September 2011.

Eurocopter AS-550 Fennec untuk TNI AD (photo : DefenseIndex)

Kebutuhan alat utama sistem persenjataan yang dapat dipenuhi PT DI dibagi dalam empat jenis. Pertama, produk pesawat terbang militer tipe CN235 MPA sebanyak 1 unit senilai Rp 350 miliar per unit pada 2012 untuk TNI Angkatan Udara.

Selain itu, juga bisa dibuatkan CN235 Patroli Maritim sebanyak tiga unit seharga masing-masing 30 juta dollar AS untuk TNI Angkatan Laut. Terakhir, pesawat pengganti F-27 dan NC-212 sebanyak 8 unit senilai 325 juta dollar AS untuk TNI Angkatan Udara tahun 2011.

Kedua, kelompok helikopter jenis BELL 412 EP tipe serbu sebanyak delapan unit bernilai 85 juta dollar AS pada tahun 2011 dan 2012 lalu BELL 412 EP tipe angkut delapan unit senilai 85 juta dollar AS. Selain itu, bisa juga dibuatkan helikopter jenis Fennec AS-550 sebanyak delapan unit seharga 90 juta dollar AS pada tahun 2011. Ketiganya ditawarkan kepada TNI Angkatan Darat.

Adapun helikopter yang ditawarkan ke TNI Angkatan Udara adalah helikopter jenis EC-725 Cougar Combat SAR sebanyak enam unit bernilai 200 juta dollar AS dan helikopter NAS-332 Super Puma sebanyak dua unit senilai Rp 370 miliar.

Airbus C295 sebagai pengganti pesawat F27 TNI AU (photo : Dimitri Jeostojic)

Sementara helikopter yang ditawarkan kepada TNI Angkatan Laut adalah tiga unit BELL 412 EP angkut sedang senilai 30 juta dollar AS dan satu unit AS-565 Panther AKS sebesar Rp 200 miliar.

Ketiga, PT DI juga siap menyediakan dua unit SUT Torpedo tipe 364 MKO untuk TNI Angkatan Laut senilai Rp 60 miliar (untuk penjualan tahun 2013-2014).

Keempat, PT DI juga bisa menyediakan satu paket simulator terjun payung untuk TNI Angkatan Darat senilai Rp 76 miliar.

Dengan demikian, total potensi pasar dalam negeri yang ingin digaet PT DI antara 2011-2014 adalah 905 juta dollar AS plus Rp 1,087 triliun. Itu setara Rp 9,23 triliun.

(Kompas)

Baca Juga :

PT DI Bidik Kontrak Rp 3,8 Triliun
11 September 2011

JAKARTA, KOMPAS.com — PT Dirgantara Indonesia (DI) membidik kontrak senilai Rp 3,831 triliun pada tahun 2012 atau meningkat dibandingkan nilai kontrak yang akan dikejar tahun 2011 sebesar Rp 2,61 triliun.

Badan usaha milik negara ini berharap nilai kontrak terbesar akan datang dari Direktorat Usaha Aircraft Integration, yakni Rp 3,015 triliun, yang merupakan lini bisnis utamanya.

Demikian isi dokumen Supplement Business Plan PT DI Tahun 2011-2015 yang diterima Kompas di Jakarta, Minggu (11/9/2011).

PT DI memiliki empat direktorat usaha, selain Aircraft Integration sebagai lini utama. Mereka juga memiliki Direktorat Usaha Aerostructure, Direktorat Usaha Aircraft Service, dan Direktorat Usaha Teknologi dan Pengembangan.

Pada tahun 2012, Direktorat Usaha Aerostructure diharapkan dapat menggaet kontrak senilai Rp 149 miliar, Direktorat Usaha Aircraft Service Rp 178 miliar, dan Direktorat Usaha Teknologi dan Pengembangan Rp 490 miliar.

Adapun pada tahun 2011 target kontrak masing-masing divisi adalah Direktorat Usaha Aircraft Integration senilai Rp 2,275 triliun, Direktorat Usaha Aerostructure Rp 137 miliar, Direktorat Usaha Aircraft Service Rp 120 miliar, dan Direktorat Usaha Teknologi dan Pengembangan Rp 78 miliar.

Dengan demikian, lonjakan nilai kontrak tertinggi secara persentase sebenarnya terjadi pada Direktorat Usaha Teknologi dan Pengembangan, yakni 5,2 kali lipat.

Business Plan PT DI tersebut diketahui dari target-target kontrak yang dikejar pada tahun 2013 mencapai Rp 3,431 triliun; lalu tahun 2014 Rp 3,714 triliun; dan Rp 3,764 triliun.

Dengan kontrak-kontrak itu, PT DI berharap memperoleh penerimaan senilai Rp 1,717 triliun pada tahun 2011, Rp 2,691 triliun pada tahun 2012, Rp 3,587 triliun tahun 2013, Rp 3,378 triliun tahun 2014, dan Rp 3,894 triliun pada tahun 2015.

Namun, untuk itu semua, PT DI membutuhkan investasi senilai Rp 138,04 miliar tahun 2011, tahun 2012 Rp 750,05 miliar, tahun 2013 Rp 110,15 miliar, tahun 2014 Rp 94,01 miliar, dan tahun 2015 Rp 10,2 miliar. Dengan demikian, total investasi yang dibutuhkan hingga 2015 mencapai Rp 1,102 triliun.

Investasi tersebut dibutuhkan agar seluruh kontrak dapat direalisasikan sebagai penjualan. Adapun target penjualan yang ingin diraih adalah Rp 1,3 triliun pada 2011, Rp 2,66 triliun pada tahun 2012, Rp 3,808 triliun pada tahun 2013, Rp 3,346 triliun pada tahun 2014, dan Rp 3,849 triliun pada 2015.

Direktorat Usaha Aircraft Integration merupakan usaha inti PT DI yang merupakan bagian yang memproduksi pesawat terbang dan helikopter. Adapun Direktorat Usaha Aerostructure memiliki kegiatan utama pembuatan komponen untuk mendukung bisnis Direktorat Usaha Aircraft Integration dan suku cadang pabrik lain.

Sementara Direktorat Usaha Aircraft Service memiliki kegiatan utama sebagai penyedia jasa perawatan pesawat, menyediakan komponen perbaikan, dan modifikasi pesawat, baik untuk pesawat PT DI maupun non-PT DI. Adapun Direktorat Usaha Teknologi dan Pengembangan merekayasa dan membuat rancang bangun pesawat terbang.

(Kompas)

No comments:

Post a Comment