(Foto: DPR)
7 Desember 2011, Jakarta (DPR RI): Komisi bidang Pertahanan dan Luar Negeri Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) mempertanyakan peningkatan kerjasama militer Amerika dan Australia dengan menempatkan Pasukan Militer Amerika di Darwin Australia dan non-teritori. Saat Komisi I DPR RI menerima Kunjungan Duta Besar Amerika Scoot Marciel. Selasa (6/12) di Gd. Nusantara II, DPR.
Ketua Komisi I DPR RI Mahfud Siddiq (F-PKS) dalam pertemuan tersebut di dampingi M.Najib (F-PAN), Yorrys Rawiyai, dan Susaningtyas Nefo Handayani (F-Gerindra) mengatakan sangat mungkin kerjasama militer Australia dengan Amerika, walaupun merupakan hal yang terpisah dengan Indonesia khususnya dinamika di Papua.
Tetapi karena hal ini terjadi di waktu yang bersamaan, sehingga memunculkan tafsiran yang beragam, termasuk biasa saja itu dianggap suatu sinyal bagi siapapun dengan kepentingannya masing-masing. “Bagi unsur separatis di Papua biasa saja akan dimanipulasi informasi itu, seolah-olah ada dukungan politik. Bagi Indonesia bisa juga ini ditafsirkan suatu bentuk warning atau kesiagaan Amerika terhadap dinamika yang terjadi,” ungkap Mahfud Siddq.
Mengutip penjelasan Dubes Amerika Scoot Marciel, hal tersebut merupakan konteks kerjasama bilateral pertahanan militer antara Amerika dengan Australia yang sudah berlangsung lama, dan penempatan pasukan itu bukan di pangkalan Amerika, namun di pangkalan militer Australia. “Dalam konteks kerjasama militer lalu ada penempatan itu, alasannya karena kepentingan Amerika yang ingin terus dipertahankan untuk pengamanan kawasan,” katanya.
Penempatan itu dilakukan secara bertahap, target sampai 25.000 personil yang dilakukan secara bertahap sepanjang 2012.
Peningkatan kerjasama militer itu, tidak ada kaitannya dengan perkembangan yang ada di Indonesia. Khususnya tidak ada kaitannya dengan masalah di Papua. “Khusus terkait dengan Papua, Dubes Amerika menjelaskan Pemerintah Aperika memandang Papua merupakan bagian dari NKRI, dan mereka menghormati kedaulatan itu dan tidak mendukung segala bentuk separatisme di Papua maupun di daerah lain,” jelasnya.
Freeport bukan kepentingan utama Amerika di Indonesia, disampaikan Dubes Amerika itu hal yang kecil saja dan Amerika sampai saat ini tidak pernah mengirim tentaranya ke Freeport. Seluruh pengaman Freeport selama ini diserahkan sepenhnya kepada Polri dan yang dibantu TNI.
Mengenai adanya tafsir peningkatan kerjasama militer Amerika dan Australia dengan menempatkan pasukan pada Pangkalan Militer Austalia di Darwin mengancam keamanan Indonesia, Ketua Komisi I DPR RI Mahfuq Siddiq untuk kerjasama itu menegaskan bahwa peningkatan hubungan militer Amerika dengan Australia kalau hanya dibatasi bilateral, itu membuka tafsir-tafsir yang beragam, termasuk tafsir yang lihat ini ancaman.
Untuk itu Mahfuq Siddiq mengusulkan Kerjasama harus mulai dikembangkan kerjasama Trilateral, jadi Indonesia, Australia dan Amerika untuk keamanan kawasan, terutama Alqi alur laut kepulauan Indonesia yang melintasi jalur timur Indonesia. Karena disitu ada kepentingan Australia dan kepentingan Indonesia. “Kalau Trilateral ini dibangun dan dikembangkan bisa meminimalkan atau menutup tafsir-tafsir yang beragam tadi,” tegasnya.
Selain itu, Komisi I minta Pemerintah Amerika mendorong Freeport sebagai perusahaan Amerika untuk lebih banyak memberikan kontribusi pembangunan masyarakat di sekitar Papua, melalui dana-dana perusahaan. Karena tetap saja publik melihat, Freeport telah mengambil keuntungan yang sangat besar dari hasil bumi di Papua.
Sumber: DPR RI
No comments:
Post a Comment