Monday, October 31, 2011
HMAS Labuan (L128)
HMAS LABUAN sails for Cairns after participating in the Minor Warship Concentration Period off the Queensland coast. (Photo: RAN)
HMAS Labuan (L128)
HMAS Labuan, approaches Turtle Beach in Cairns to conduct a beach landing as a part of a training exercise during the Minor War Vessel Concentration Period. The Minor War Vessel Concentration Period was held 30 May - 3 Jun 11 in waters off Cairns. During the week long exercise, HMA Ships Launceston, Brunei, Labuan, Wewak, Shepparton and Benalla practiced a range of skills, with escalating levels of difficulty to challenge their capabilities. Squirrel and A109E Augusta helicopters operated by 723 Squadron took part in the exercise, enabling the ship's companies to test their aviation skills. (Photo: RAN)
HMAS Betano (L113)
Trooper Ryan Jordan provides cover as Landing Craft Heavy, HMAS Betano recovers an Australian Light Armoured Vehicle (AUSLAV) during Minor War Vessel Fleet Concentration Period. The Royal Australian Navy and the Australian Army have tested their collective metal in a major exercise near Darwin. The second Minor War Vessel Fleet Concentration Period of 2011 has concluded after a week of joint-service-in -company-training in the Northern Australian Exercise area. (Photo: RAN)
HMAS Betano (L113)
Landing Craft Heavy, HMAS Betano recovers an Australian Light Armoured Vehicle (AUSLAV) during Minor War Vessel Fleet Concentration Period. The Royal Australian Navy and the Australian Army have tested their collective metal in a major exercise near Darwin. The second Minor War Vessel Fleet Concentration Period of 2011 has concluded after a week of joint-service-in -company-training in the Northern Australian Exercise area. (Photo: RAN)
HMAS Betano (L113)
Landing Craft Heavy, HMAS Betano recovers an Army Lighter, Amphibious Resupply Cargo (LARC) during Minor War Vessel Fleet Concentration Period. The Royal Australian Navy and the Australian Army have tested their collective metal in a major exercise near Darwin. The second Minor War Vessel Fleet Concentration Period of 2011 has concluded after a week of joint-service-in -company-training in the Northern Australian Exercise area. (Photo: RAN)
M1A1 Abrams
Iraqi Army cadre work atop an M1A1 Abrams tank at a tank range on the Besmaya Combat Training Center, where the Advanced Gunnery Training System is located Oct. 19. The AGTS is a large-scale apparatus that puts crew members through computer-generated action scenarios. (Photo Credit: U.S. Army Sgt. Chad Menegay, USF-I DCG A&T PAO)
M1A1
After finishing their Table VIII qualification run, two 2/7 Inf. tankers clear and clean their weapons before returning to the Multi-Purpose Range Complex motor pool at Fort Stewart, May 28. (Photo Credit: Pfc. Jared S. Eastman, 1st HBCT, 3rd ID Public Affairs)
MRAP
Soldiers from Company B, 1-30th Infantry Regiment, 2nd Brigade Combat Team, 3rd Infantry Division, drive a new mine-resistant, ambush-protected vehicle, or MRAP, through an off-road confidence course at Camp Liberty, Iraq, Nov. 7, 2007. (Photo Credit: Sgt. Michael Connors)
MRAP
Training classes for the new mine-resistant, ambush protected Wrecker Vehicle began April 18, 2011, at MRAP University. The towing vehicle is the latest addition to the MRAP family of vehicle and is capable of hauling 81,000 pounds. (Photo: US Army)
MRAP
Pictured is an MRAP with the improved suspension designed to better tackle some of the harsh terrain found in Afghanistan. (Photo Credit: Courtesy photo)
MRAP
The new Mine Resistant Ambush Protected vehicle goes for a spin during a training course at Camp Liberty in western Baghdad. (Photo Credit: Sgt. Mark B. Matthews)
MRAP
Spc. David Looney climbs into the mine-resistant, ambush-protected, or MRAP, All-Terrain Vehicle, during the set-up phase of the Network Integration Evaluation 12.1 exercise scheduled for the first half of November at White Sands Missile Range, N.M. Both Soldiers are from Special Troops Battalion, 2nd Brigade Combat Team, 1st Armored Division. (Photo Credit: Lt. Col. Deanna Bague, Fort Bliss Public Affairs)
Pesawat tak Berawak Bisa Diam di Udara Selama 4 Hari
1 November 2011, Sacramento (PRLM): Penerbangan perdana pesawat tak berawak revolusioner yang dapat tinggal di udara selama empat hari di ketinggian 65.000 kaki, kini tinggal beberapa hari lagi.
Phantom Eye, yang dibuat oleh divisi rahasia Boeing Phantom Works, berbahan bakar hidrogen dan dirancang untuk melaksanakan misi pengawasan dan pengintaian di ketinggian.
Penerbangan perdananya akan berlangsung di Edwards Air Force Base di California dan diperkirakan berlangsung antara empat dan delapan jam.
Teknologi pesawat tanpa awak yang sedang dikembangkan oleh Phantom Works ini, suatu saat akan memicu pertempuran udara antara pesawat tak berawak.
"Phantom Eye adalah yang pertama dari jenisnya dan bisa membuka pasar baru dalam pengumpulan data dan komunikasi," kata Darryl Davis, presiden Boeing Phantom Works, seperti dikutip laman Daily Mail, Senin (31/10).
"Sistem propulsi hidrogen akan menjadi kunci keberhasilan Phantom Eye. Hal ini sangat efisien dan menawarkan bahan bakar yang lebih ekonomis, dan produk sampingnya hanya air," tambahnya.
Sumber: PRLM
Dislitbangal Laksanakan Penelitian Berbagai Peralatan Tempur
31 Oktober 2011, Jakarta (Dispenal): Dinas Penelitian dan Pengembangan Angkatan Laut (Dislitbangal) saat ini tengah melaksanakan penelitian pembuatan sepatu PDH yang cocok bagi Anak Buah Kapal (ABK).
Demikian dikatakan Kadislitbangal Laksamana Pertama TNI Tri Santosa dalam amanat tertulisnya yang dibacakan Sekdislitbangal Kolonel Laut (T) J.R Duapadang, S.E dalam apel khusus, Senin (31/10) di Mabesal, Cilangkap Jakarta Timur
Selain sepatu PDH, menurut Kadislitbangal, kegiatan lain yang sedang berlangsung diantaranya penelitian dan pengembangan rancang bangun kapal patroli Catamaran, pembuatan armor bahan komposit untuk rantis, pembuatan akustik Jammer bawah air, penelitian dan rancang bangun kendaraan Amphibi Angkut Personel (APC), penyempurnaan sky diving dan beberapa penelitian di bidang manajemen.
Selain itu Dislitbangal juga melaksanakan penelitian yang didanai Kemenristek seperti rancang bangun ranpur amphibi jenis BMP, ranpur Amphibi roda rantai, penelitian dan pembuatan senjata perorangan bawah air jenis APS,dan lain-lain. “Hal ini menunjukan Dislitbangal sebagai institusi litbang di lingkungan TNI AL, yang mengemban tugas pokok menyelenggarakan pembinaan fungsi dan kegiatan penelitian tetap konsisten melaksanakan kegiatan litbang yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan operasional guna mendukung kesiapan alutsista TNI Al serta mewujudkan kemandirian di bidang pertahanan matra laut, ” kata Kadislitbangal.
Pada bagian lain Kadislitbangal menyampaikan juga bahwa saat ini Dislitbangal secara aktif menjalin kerjasama dengan institusi lain baik dari dalam maupun dari luar TNI AL dalam rangka untuk mengetahui peta kemampuan SDM dalam negeri yang memiliki kompetensi dalam mendesain dan membuat sebuah produk tertentu di bidang pertahanan.
Di akhir sambutannya, Kadislitbangal mengajak seluruh prajurit dan PNS TNI AL untuk dapat berperan dan ikut serta dalam lomba kreativitas prajurit yang dilaksanakan Dislitbangal. Dengan banyaknya judul yang masuk maka makin banyak pula ide-ide kreatif yang datang dari personel guna mendukung organisasi. “Sebagai institusi litbang di lingkungan TNI AL tentunya sangat membutuhkan sumbang saran dari semua fihak seperti ide-ide positif dan kreatif agar kemajuan organisasi TNI AL dapat tercapai,” tandasnya.
Sumber: TNI AL
TNI AL Gelar Latihan Armada Jaya ke-30
Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Soeparno (dua kanan) didampingi Pangarmatim, Laksamana Muda TNI Ade Supandi (tiga kanan) melihat persiapan Operasi Armada Jaya (AJ) dengan sandi Armada Jaya XXX/11 di Gedung Puslatkaprang Kolat Koarmatim Ujung Surabaya, Senin (31/10). Operasi Amfibi (opsfib) yang melibatkan seluruh jajaran komando utama operasi TNI AL di sekitar perairan Sangatta, Kalimantan Timur pada 7-17 November 2011, tersebut bertujuan untuk mengukur kesiapan prajurit dan kekuatan alat utama sistem senjata (alutsista), serta komponen Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT) dalam menjaga keutuhan NKRI. (Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat/ss/ama/11)
31 Oktober 2011, Jakarta (Dispenal): TNI AL menggelar latihan terbesarnya dengan nama “Armada Jaya ke-30 Tahun 2011”. Kegiatan latihan ini akan melibatkan seluruh Komando Utama Operasi TNI AL berikut unsur pendukungnya seperti Pomal, Kesehatan, Psikolog dan Hukum dengan kekuatan yang digelar sebanyak 23 unsur KRI dan 3.391 personel. Hal itu disampaikan Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Soeparno saat membuka Latihan Armada Jaya ke-30 Tahun 2011, Senin (31/10) di Markas Komando Armada RI Kawasan Timur, Surabaya.
Kegiatan Latihan Armada Jaya ke-30 ini mencakup Gladi Posko I dan Manuver Lapangan (Manlap) pada tanggal 7 -17 November 2011 yang intinya melaksanakan serbuan amfibi di wilayah pantai. Dipilihnya wilayah perairan Sangatta Kalimantan Timur dan sekitarnya sebagai skenario, menurut Kasal karena didasari pertimbangan strategis yang dikaitkan dengan kemungkinan potensi konflik yang terjadi sebagai pengaruh dinamika lingkungan strategis yang cepat dan dinamis.
Masih menurut Kasal, diharapan apabila sewaktu-waktu terjadi perubahan situasi yang tidak diinginkan dan mengharuskan melaksanakan operasi laut di wilayah tersebut, maka TNI AL telah memiliki konsep operasi yang siap untuk dilaksanakan. “Untuk itu seluruh pengendali latihan hendaknya mampu mengarahkan pada situasi yang seaktual mungkin,” tandasnya.
Kasal menegaskan, Latihan Armada Jaya merupakan latihan puncak tahunan TNI AL yang bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan kesiapan komponen Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT). Disamping itu, latihan ini juga merupakan sarana untuk meningkatkan profesionalisme prajurit matra laut dalam rangka menghadapi dan mengantisipasi kemungkinan ancaman yang dapat mengganggu kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Menurut Kasal lebih lanjut, diharapkan pelaksanaan latihan ini dapat memenuhi berbagai aspek operasi seperti pelaksanaan di medan yang sesungguhnya, sehingga kegiatan ini dapat memenuhi urgensi latihan, yang secara umum ditujukan untuk mengantisipasi kemungkinan kontinjensi khususnya di daerah operasi wilayah timur dengan mengaplikasikan proses perencanaan operasi amfibi, operasi laut gabungan dan operasi pendaratan administrasi, sekaligus menguji doktrin serta pemahaman akan semua prosedur yang berlaku di dalamnya.
Kasal juga mengungkapkan bahwa pada tahun 2012 akan dilaksanakan Latihan Gabungan TNI sesuai siklus latihan puncak TNI empat tahunan. Oleh karena itu, lanjut Kasal, Latihan Armada Jaya ini juga dimanfaatkan sebagai latihan parsial untuk latihan gabungan tersebut. “TNI AL harus mempelajari pokok-pokok hasil Latgab yang lalu sehingga dapat menyongsong Latgab TNI 2012 dengan kesiapan yang prima,” katanya.
Sumber: TNI AL
31 Oktober 2011, Jakarta (Dispenal): TNI AL menggelar latihan terbesarnya dengan nama “Armada Jaya ke-30 Tahun 2011”. Kegiatan latihan ini akan melibatkan seluruh Komando Utama Operasi TNI AL berikut unsur pendukungnya seperti Pomal, Kesehatan, Psikolog dan Hukum dengan kekuatan yang digelar sebanyak 23 unsur KRI dan 3.391 personel. Hal itu disampaikan Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Soeparno saat membuka Latihan Armada Jaya ke-30 Tahun 2011, Senin (31/10) di Markas Komando Armada RI Kawasan Timur, Surabaya.
Kegiatan Latihan Armada Jaya ke-30 ini mencakup Gladi Posko I dan Manuver Lapangan (Manlap) pada tanggal 7 -17 November 2011 yang intinya melaksanakan serbuan amfibi di wilayah pantai. Dipilihnya wilayah perairan Sangatta Kalimantan Timur dan sekitarnya sebagai skenario, menurut Kasal karena didasari pertimbangan strategis yang dikaitkan dengan kemungkinan potensi konflik yang terjadi sebagai pengaruh dinamika lingkungan strategis yang cepat dan dinamis.
Masih menurut Kasal, diharapan apabila sewaktu-waktu terjadi perubahan situasi yang tidak diinginkan dan mengharuskan melaksanakan operasi laut di wilayah tersebut, maka TNI AL telah memiliki konsep operasi yang siap untuk dilaksanakan. “Untuk itu seluruh pengendali latihan hendaknya mampu mengarahkan pada situasi yang seaktual mungkin,” tandasnya.
Kasal menegaskan, Latihan Armada Jaya merupakan latihan puncak tahunan TNI AL yang bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan kesiapan komponen Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT). Disamping itu, latihan ini juga merupakan sarana untuk meningkatkan profesionalisme prajurit matra laut dalam rangka menghadapi dan mengantisipasi kemungkinan ancaman yang dapat mengganggu kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Menurut Kasal lebih lanjut, diharapkan pelaksanaan latihan ini dapat memenuhi berbagai aspek operasi seperti pelaksanaan di medan yang sesungguhnya, sehingga kegiatan ini dapat memenuhi urgensi latihan, yang secara umum ditujukan untuk mengantisipasi kemungkinan kontinjensi khususnya di daerah operasi wilayah timur dengan mengaplikasikan proses perencanaan operasi amfibi, operasi laut gabungan dan operasi pendaratan administrasi, sekaligus menguji doktrin serta pemahaman akan semua prosedur yang berlaku di dalamnya.
Kasal juga mengungkapkan bahwa pada tahun 2012 akan dilaksanakan Latihan Gabungan TNI sesuai siklus latihan puncak TNI empat tahunan. Oleh karena itu, lanjut Kasal, Latihan Armada Jaya ini juga dimanfaatkan sebagai latihan parsial untuk latihan gabungan tersebut. “TNI AL harus mempelajari pokok-pokok hasil Latgab yang lalu sehingga dapat menyongsong Latgab TNI 2012 dengan kesiapan yang prima,” katanya.
Sumber: TNI AL
US Giving Turkey Access to F-16 Source Codes
31 Oktober 2011
Turkey will become the first nation have the ability to receive information on the F-16 fighters’ software source codes -- primarily their weapons systems -- thereby enabling it to replace them with national software source codes whenever necessary. (photo : Turkey Air Force)
Turkey to rewrite software source codes of 204 F-16 fighters
The US administration agreed in principle almost two months ago for the transfer of information over software source codes of US Lockheed Martin-made F-16 fighters to Turkey.
Once the agreement is completed, and if approved by the US Congress, Turkey will have the capability to automatically modify the software source codes of the fighters’ weapons systems with national software source codes, said US sources who asked not to be named.Turkey will become the first nation among 26 to have the F-16s in their inventories and have the ability to receive information on the F-16 fighters’ software source codes -- primarily their weapons systems -- thereby enabling it to replace them with national software source codes whenever necessary.
Once Turkey and the US complete around 50 pages of technical details over the nature of the US transfer of technology, an agreement should be signed, pending US congressional approval.
The US Congress has long prevented arms transfers to NATO member Turkey, mainly in reaction to its strained ties with Israel.
However, the US administration has as of late sought US congressional authorization for the sale of three AH-1W Super Cobra attack helicopters to Turkey. This indicates a softening on the part of the congress toward Turkey.
Turkey has a long-standing request for Super Cobras. It has a shortage of these helicopters, required in its ongoing fight against the outlawed Kurdistan Workers’ Party (PKK) terrorists, who have increased their violent attacks as of late.
Meanwhile, it is not clear whether the US administration will seek US congressional authorization for another long-standing Turkish request for the sale of four Predator unmanned aerial vehicles (UAVs) and two armed Reaper UAVs.
However, some of the weapons, including Predators that the US reportedly pledged to transfer to Turkey as it withdraws from Iraq in December of this year, are said to not be subject to the approval of the US Congress. These are weapons the US used during its war in Iraq.
Missile defense link
US sources stated that Washington has agreed in principle to transfer the information mainly concerning the weapon systems of the F-16s so that Turkey can integrate by itself the national software source codes because Turkey has pursued a very persistent policy on the matter.
However, Turkey’s approval to deploy a radar system of the US-supported NATO Missile Defense System on its soil is understood to have played an important role in Washington’s agreement to in principle transfer the software source codes of mainly the weapons systems of the F-16s to Turkey.
Turkey agreed last month to host a powerful US-supplied radar system to act as advanced eyes for a layered shield against ballistic missiles coming from outside Europe.
The AN/TPY-2 surveillance radar in Turkey will boost the shield’s capability against Iran, which Washington alleges is seeking to build nuclear weapons, a charge Tehran denies.
“By agreeing to transfer information on F-16 weapon systems so that Turkey could automatically integrate them with national software source codes, the US sought to ease tensions with its NATO ally, which is important in safeguarding US interests in the Middle East. The US also puts strong emphasis on seeing Turkish-Israeli relations normalize,” said the US source.
50 weapons systems on each F-16
Lockheed Martin this year began supplying Turkey with 14 F-16C variants and 16 F-16Ds under a deal signed in May 2007. The total cost of 30 additional F-16s to Turkey is $1.78 billion.
Under a separate agreement signed in April 2005 between Turkey and the US, 213 Turkish F-16s are being upgraded at a cost of $1.1 billion at the Turkish Aerospace Industries (TAI) in Ankara. Turkey will be able to change the software source codes of the weapons systems on a total of 204 F-16s with national software source codes if a final agreement is reached with the US.
There are 50 different types of weapons systems on each F-16 that are classified.
MRAP
A Mine Resistant Ambush Protected vehicle is loaded onto a C-5 Galaxy aircraft Aug. 16 at Charleston Air Force Base, S.C. Air Mobility Command assists with the movement of MRAP vehicles to U.S. Central Command's area of responsibility as directed by the National Command Authority, the Joint Staff and U.S. Transportation Command. (Photo Credit: Staff Sgt. Jason Robertson)
MRAP
George Bromboszcz, Military Police Gliwice Unit, Warsaw Poland, guides the driver of a Mine Resistant Ambush Protected vehicle around cones on the MRAP obstacle course in Grafenwoehr, Germany, May 19, 2010. They are training in preparation to use these vehicles for their deployment to Afghanistan later in the month. (Photo Credit: Spc. Cortnee Falconer)
MRAP
Soldiers from the 501st Military Police Company begin a road test in one of the five, Mine Resistant Ambush Protected (MRAP) vehicles, used during pre-deployment training at the Grafenwoehr Training Area Sept. 28. (Sgt. Jason Stadel, Mobile Public Affairs Detachment). (Photo Credit: Sgt. Jason Stadel, 16th Mobile Public Affairs Detachment)
MRAP
The Mine Resistant Ambush Protected Expedient Armor Program Add-on-Armor Kit for MRAP vehicles was developed to safeguard Soldiers against the extremely lethal threats of improvised explosive devices and explosively formed penetrators. (Photo Credit: Army)
MRAP
Soldiers from the 16th Sustainment Brigade dismount from a Mine Resistant Ambush Protected vehicle during training. The 16th Sust. Bde. trained with the MRAP vehicles Dec. 7-8 in Grafenwoehr. (Photo Credit: Spc. Amanda Rigdon, 21st TSC Public Affairs)
MRAP
Iraq a Thunderhorse Soldiers of 2nd Battalion, 12th Cavalry Regiment, 1st Advise and Assist Task Force, 1st Infantry Division, turn in Mine-Resistant Ambush-Protected Maxx Pro vehicles on Contingency Operating Site Warrior, Iraq, June 27, 2011. After turning in the old vehicles, the unit signed for MRAP Maxx Pro Plus vehicles to prepare them for use in support of Operation New Dawn. (Photo Credit: U.S. Army photo by Spc. Kandi Huggins 1st AATF PAO 1st Inf. Div. USDN)
MRAP
The first shipment of Mine Resistant Ambush Protected vehicles arrived at Camp Liberty in western Baghdad and are being fielded to units who operate in areas with the highest threat levels. These are the first of an estimated 7,000 MRAP vehicles expected in theater by early summer. (Photo Credit: Sgt. Mark B. Matthews)
M-ATV
A new mine-resistant, ambush-protected all-terrain vehicle, built specifically for the mountainous Afghan terrain, parks next to a larger MRAP, MaxxPro Dash. The first M-ATVs designated for Southern Afghanistan arrived at Kandahar Airfield, Afghanistan, by air transport, Oct. 22, 2009. (Photo Credit: Spc. Elisabet Freeburg)
Sunday, October 30, 2011
Stryker
A convoy of military vehicles from 1st Battalion, 24th Infantry Regiment, 1st Stryker Brigade Combat Team, 25th Infantry Division, leaves Fort Wainwright's Alert Holding Area Monday en route to the Donnelly Training Area near Delta Junction. (Photo Credit: Brian Schlumbohm, Fort Wainwright PAO)
Stryker
A Stryker from the 2nd Stryker Cavarly Regiment rolls into action alongside a German panzer from the 104th Panzer Battalion during Combined Partnership 2010 at the Grafenwoehr Training Area in April. (Photo Credit: Ralph Zwilling)
Stryker
The Stryker and accompanying marching unit from 5th Squadron, 1st Cavalry Regiment, 1st Stryker Brigade Combat Team, 25th Infantry Division took the Best Automotive trophy from among all of the parade entries in the annual Golden Days Grande Parade. (Photo Credit: Trish Muntean, Fort Wainwright PAO)
Stryker
A Stryker equipped with a mobile gun system fires a round of high explosive ammunition July 26 at Yakima Training Center, Wash. Stryker crews with 1st Battalion, 17th Infantry Regiment, are conducting crew gunnery qualification as a semi-annual requirement. (Photo Credit: Sgt. Mark Miranda)
Stryker
A Stryker Combat Vehicle from the 2nd Battalion, 112 Infantry Regiment, attached to the 2nd Heavy Brigade Combat Team, 1st Infantry Division, Multi-National Division-Baghdad prepares to roll out on a mission from Joint Security Station Nassir Wa Salam in western Baghdad Feb. 26. The Soldiers of the Stryker Battalion replaced Soldiers from the 2nd Stryker Brigade, 25th Infantry Division and will serve as part of the Dagger Brigade during their deployment to Iraq. (Photo Credit: Sgt. Brian Tierce, 2nd HBCT PAO, 1st Inf. Div, MND-B)
Stryker
U.S. Soldiers from the 2nd Battalion, 3rd Stryker Brigade Combat Team dismount their Stryker following live fire training March 7 on Nightmare Range, South Korea. (Photo Credit: Cpl. Hong Yoon-ki, Eighth Army Public Affairs)
Stryker
The Army recently received authorization to purchase an additional 95 Stryker nuclear, biological and chemical reconnaissance vehicles, like the one displayed Dec. 17, at the Pentagon. The Stryker NBCRV is an NBC testing lab on wheels. It is intended as a replacement for the Fox NBC Reconnaissance System. (Photo Credit: C. Todd Lopez)
Stryker
The 100th Stryker (Infantry Combat Vehicle 513)after its final repairs at Camp As Sayliyah in Qatar Jan. 10. (Photo Credit: Dustin Senger)
Stryker
A Stryker vehicle from the 56th SBCT, Pennsylvania National Guard, moves out to conduct joint operations during JRTC rotation 09-02 at Fort Polk, La. (Photo Credit: Casey Bain)
Stryker
Mission Command On the Move -- a mission command equipment package -- is integrated into Stryker platforms. It enables the Soldier to be present at the decisive point on the battlefield, provides the relevant Common Operational Picture and enables situational awareness while on-the-move. (U.S. Army photo).
Australia Defence Ministry Lodges $100m Bid for Mine-Sweepers
31 Oktober 2011
US using Buffalo as mine sweeper vehicle (photo : Militaryphotos)
Australia Defence Ministry lodges $100m bid for mine-sweepers in Afghanistan
Perth: Australian Defence Ministry asked the government to approve a $100 million fleet of mine-detecting vehicles, which army experts say will all but neutralize threat of roadside bombs in Afghanistan. News of request came as Australia Foreign Minister Kevin Rudd Friday urged his Pakistan counterpart to stop illicit movement of locally made explosives material into Afghanistan, where it is used to make roadside bombs.
At a meeting on sidelines of Commonwealth Heads of Government Meeting in Perth, Rudd told Pakistan Foreign Minister Ms Hina Rabbani Khar to take “all practical efforts” to restrict the movement of bomb-making materials across the border.
It is first time the issue of Pakistan-sourced explosives material has been raised at a senior ministerial level between the two countries.
Weekend Australian newspaper understands the request by Australian Defence Ministry for fast-tracked approval for mine-detecting vehicles will go to national security committee of cabinet in December.
Of 29 Australian soldiers killed in action in Afghanistan since 2001, IEDs — improvised explosive devices — have claimed lives of 14 and responsible for wounding a further 105. The explosives issue was raised during bilateral talks on counter-terrorism co-operation between Australia and Pakistan at CHOGM, a spokeswoman for Rudd said.
Diskomlek Koarmatim Tingkatkan Kemampuan Peperangan Elektronika
30 Oktober 2011, Surabaya (Dispenarmatim): Dinas Komunikasi dan Elektronika (Diskomlek) Koarmatim meningkatkan kemampuan guna mengatisipasi terjadinya peperangan elektronika yang semakin komplek. Hal itu diwujudkan dalam Latihan Interoperability yang dilaksanakan di Setasiun Pemancar (Stascar) milik TNI AL di Pasuruan Sabtu, (29/10). Kegiatan itu diikuti oleh 162 personel Diskomlek Koarmatim kurang lebih selama tiga hari.
Daerah latihan yang berada di kabupaten Pasuruan, merupakan tempat yang strategis bagi personel komunikasi karena tempat tersebut memilki fasilitas komunikasi yang menghubungkan antara Koarmatim, Pangkalan Utama Angkatan Laut (Lantamal) dan unsur-unsur KRI yang sedang melaksanakan operasi ditengah laut. Stascar ini memiliki peran yang sangat strategis apabila terjadi peperangan yang sesungguhnya khususnya peperangan elektronika.
Personel Diskomlek yang terlibat dalam gladi iteroperability itu memperhatikan dengan serius paparan yang disampaikan oleh rekan mereka yang bertugas mengawaki peralatan Tower komunikasi di Stascar TNI AL tersebut. Dalam kesempatan itu mereka mendapat pembekalan tentang cara kerja peralatan yang ada serta melaksanakan praktek mengoperasikan peralatan Komunikasi yang dapat menjagkau seluruh wilayah Indonesia bagian timur itu.
Stascar Pasuruan merupakan stasiun komunikasi milik Angkatan Laut dibawah Satkom Lantamal V yang di pimpin oleh Kepala Seksi Stasiun Pemancar (Kasistascar) Kapten Laut (E) Sumarno. Fasilitas ini dibangun pada tahun 1996 dan mulai aktif beroperasi pada tahun 1997 dengan dilengkapi fasilitas berupa rumah dinas yang berada di dalam komplek tersebut. Sedangkan tanggung jawab yang harus mereka emban adalah menjaga, merawat dan mengawaki peralatan yang ada di dua tower yang digunakan untuk komunikasi dengan Koarmatim dan Lantamal V Surabaya.
Penyelenggaraan latihan bertujuan untuk memelihara kemampuan personel dan merupakan upaya untuk lebih meningkatkan keterampilan personel TNI AL pada umumnya dan personel Koarmatim pada khususnya. Latihan ini merupakan observasi dan uji teknis terhadap peralatan komunikasi yang dimiliki Koarmatim dan digabungkan dengan uji coba frekwensi pada daerah-daerah atau lokasi yang sering didapati trouble frekwensi dalam satu rangkaian latihan secara terpadu.
Diharapkan dengan kegiatan latihan ini mampu memberikan gambaran secara menyeluruh tentang kemampuan terkini yang dimiliki Diskomlek Koarmatim dan diketahuinya lokasi/daerah yang mempunyai kualitas frekwensi buruk sehingga dapat dijadikan pedoman pengetahuan dalam pembentukan dan pengadaan sistem komunikasi yang selaras mengikuti perkembangan teknologi modern.
Sumber: Dispenarmatim
PTDI Masih Rawat Baik N-250
30 Oktober 2011, Bandung (Investor Daily): PT Dirgantara Indonesia (PT DI) masih merawat dengan baik dua unit pesawat karya anak bangsa N-250 Gatotkaca meskipun kedua pesawat itu tidak bisa diterbangkan karena terkendala prosedur dan regulasi penerbangan.
"Dua pesawat N-250 masih kami rawat dengan baik di hanggar kami," kata Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia Budi Santoso di Bandung, Sabtu.
Pesawat N-250 merupakan pesawat hasil pengembangan sendiri putra-putri Bangsa Indonesia yang dikembangkan PT DI yang kala itu bernama Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN).
Pesawat N-250 yang sempat diterbangkan dan mengikuti sejumlah pameran kedirgantaraan itu merupakan pengembangan IPTN dari produk andalannya CN-235 yang merupakan produk kerja sama dengan Cassa Spanyol.
Dengan warna dasar putih dan bagian bawah badan pesawat biru itu, N-250 masih cukup "gagah" dipamerkan, meskipun pesawat itu tidak lagi diterbangkan.
Bahkan, N-250 menjadi salah satu pesawat produk PTDI yang dipamerkan saat kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke PTDI pada Rabu (26/10) lalu. Presiden juga sempat mendapat sekilas penjelasan terkait perawatan pesawat itu.
Juru bicara PTDI, Rakhendi menyebutkan pesawat itu disimpan di hanggarnya yang terletak di ujung kompleks hanggar PTDI.
"Sebenarnya pembuatan N-250 itu sudah selesai dua setengah pesawat, dua pesawat sudah dirampungkan dan yang satu lagi pengerjaanya baru 50% saat proyek itu dihentikan," kata Rakhendi.
Saat ini PTDI kembali bangkit melalui program revitalisasi dengan mengembangkan produk CN-235 Maritime Patrol dan terakhir mengembangkan pesawat CN-295 bekerja sama dengan Airbus Military Spanyol.
PTDI akan mengerjakan sejumlah pesawat CN-295 pesanan Kementerian Pertahanan RI di samping membuat helikopter dan pesawat CN-212.
Bersama PT Pindad, PTDI mendapat penugasan untuk mendukung program revitalisasi alutsista TNI di bidang masing-masing.
Sumber: Investor Daily
TLDM Gagalkan Cubaan Lanun Rampas Kapal Tangki
30 Oktober 2011
Kapal MT Nautica Johor Bahru yang membawa muatan minyak dan gas yang cuba dirampas sekumpulan lanun di perairan Selat Singapura berhampiran Pulau Batu Putih, semalam. (photo : Utusan)
KUANTAN – Tentera Laut Diraja Malaysia (TLDM) bersama Agensi Penguatkuasaan Maritim Malaysia (Maritim Malaysia) berjaya mematahkan cubaan sekumpulan lanun melarikan sebuah kapal tangki, MT Nautica Johor Bahru yang membawa muatan minyak dan gas bernilai kira-kira RM12 juta, malam tadi.
Kapal yang dalam pelayaran dari Melaka ke Sibu, Sarawak itu dirampas di perairan Selat Singapura berhampiran Pulau Batu Putih pada pukul 5.30 pagi kelmarin oleh sekumpulan 10 perompak berkenaan.
Panglima Wilayah Laut Satu TLDM, Laksamana Pertama Datuk Mohamad Roslan Mohamad Ramli berkata, berikutan itu, kesemua anak kapal dan kapal tersebut dapat diselamatkan pukul 9.10 malam di lokasi kira-kira 17 batu nautika (30.6 kilometer) dari Pulau Jemaja, Indonesia.
Helikopter Dauphin M70 02 (photo : Airplane Pictures)
“Tiada kecederaan dilaporkan bagaimanapun lanun bersenjatakan sepucuk pistol dan parang itu berjaya melarikan diri dengan menaiki sebuah bot laju.
“Perompak tersebut turut merampas beberapa barangan peribadi 19 krew kapal tersebut antaranya telefon bimbit, wang tunai dan komputer riba. Muatan kapal tersebut dilaporkan selamat,” katanya pada sidang akhbar di Pelabuhan Kuantan di sini hari ini.
Sementara itu, katanya, insiden rompakan itu disedari oleh pihak pengurusan kapal tersebut yang gagal menghubungi kapten kapal terbabit sebelum melaporkan kepada Maritim Malaysia semalam.
“Bertindak atas maklumat tersebut, Maritim Malaysia menugaskan pesawat Dauphin M70 02 dan berjaya mengesan kedudukan kapal tersebut di lokasi kira-kira 85 batu nautika (153 kilometer) dari timur Pekan,” katanya.
(Utusan)
Friday, October 28, 2011
Australia Launches F-35 Review
29 Oktober 2011
F/A-18E/F Super Hornet and F-35 Lightning II (photo : Defense Update)
FORT WORTH, Texas -Australian government officials have begun auditing the F-35 program because of concerns that the first tranche of aircraft would not be delivered on schedule, Lockheed Martin officials confirmed.
The review, rare in Australian defense programs, could lead officials to defer the planned order for the first aircraft.
"A Scheduled Compliance Risk Assessment Methodology (SCRAM) team is here in response to the defense minister's undertaking last July to conduct a review of the Australian F-35 program," Keith Knotts, the company's F-35 business development manager for Australia and Canada, told Australian reporters at the jet's assembly plant here. "They will be here this week to assess the program's health."
It was the first public acknowledgment that the review is underway.
The SCRAM team, from the Australian Defence Materiel Organisation (DMO), will report its findings to the government via the New Air Combat Capability (NACC) project office by the end of the year. It will look at the F-35 program using root-cause analysis to measure the achievements of the technical baseline review ordered by the U.S. Joint Project Office.
Australia has a requirement for up to 100 conventional takeoff and landing F-35As, and plans to sign a deal for the first tranche of 14 in 2012. Under the current plan, it wants to take delivery of the first two aircraft in 2014 for training in the United States and delivery of all 14 to Australia in 2017.
The aircraft are scheduled to come from Low-Rate Initial Production lots Six (two aircraft), Eight (four) and Nine (eight). They will allow the F/A-18A/B Hornets to retire around 2018.
The review follows Defence Minister Stephen Smith's promise to launch an "exhaustive risk assessment of the schedule" by year's end.
In July, Smith told the Australian Broadcast Corp.'s "Meet The Press" program that he has concerns about Lockheed's ability to deliver to its planned schedule and has flagged the possibility of a further purchase of Super Hornets in the interim.
"I have made it clear, both in Australia and in the United States, that the last thing I will allow to occur will be a gap in capability," he said.
Australia has 24 F/A-18F Super Hornets and must decide whether to convert a number of them to an EA-18G Growler configuration early next year.
Denjaka Bebaskan Sandera di Kapal Tanker
27 Oktober 2011, Jakarta (Dispenal): Pasukan elit penanggulangan teror Detasemen Jala Mangkara (Denjaka) TNI AL berhasil sukses melaksanakan pembebasan penyanderaan yang dilakukan oleh sekelompok teroris sebanyak 10 orang dengan menggunakan senjata senapan campuran dan pistol serta membawa bom yang siap dipasang dan diledakan di Kapal Super Tanker MV Jaya Kusuma Permai 3 yang sedang berlayar dari Bangka menuju Tanjung Priok Jakarta pada posisi sekitar 3 Mil dari pantai, Kamis subuh dini hari (27/10).
Demikian skenario latihan bersama Gultor TNI-Polri “Waspada Nusa III” 2011 yang dilaksanakan Detasemen Jala Mangkara (Denjaka) TNI AL sebagai Satgas Jala Mangkara yang di BKO kan kepada Satgas Penanggulangan Teror di bawah Komando Operasi Kontijensi Polri. Dalam latihan ini TNI AL mengerahkan sebuah pesawat Cassa CN 212, sebuah helikopter Bell-412, 4 unit Sea Rider dan 2 unit perahu karet.
Pada pembajakan tersebut teroris menyandera 10 orang ABK dan 10 orang penumpang. Dalam penyanderaan itu mereka mengajukan tuntutan kepada Pemerintah Indonesia untuk membebaskan rekan-rekan mereka yang masih dalam tahanan Polda Metro Jaya dan Mabes Polri serta berusaha mencari dukungan secara politik kepada dunia internasional. Teroris berhasil menguasai kapal MV Jaya Kusuma Permai 3 dengan menempati 3 ruangan yaitu : 3 orang berada di anjungan kapal, 3 orang berada di long room, 2 orang berada di ruang kontrol mesin dan 2 orang berada di geladak kapal melaksanakan patroli menjaga kalau ada aparat yang akan merapat ke kapal. Proses negosiasi yang berlarut-larut dan tuntutannya tidak kunjung dipenuhi oleh Pemerintah, maka mereka menuntut segera disediakan BBM untuk kapal yang dibajak apabila tidak dipenuhi maka para teroris akan mulai membunuh para sandera satu persatu.
Pelaksanaan pembebasan sandera oleh pasukan Detasemen Jala Mangkara (Denjaka) TNI AL dilaakukan sebagai berikut :
1. Kelompok Komando dan Tim Alpha pada pukul 04.30 Wib melaksanakan infiltrasi menuju daerah sasaran dengan Long Range Navigation menggunakan 3 unit Sea Rider, selanjutnya melaksanakan Ship Boarding di dinding kanan kapal sasaran dengan menggunakan tangga serbu yang sudah dirancang dan terpasang di Sea Rider. Tim Alpha di sasaran merencanakan melumpuhkan teroris yang berada di Long Room Kapal.
2. Tim Bravo pada pukul 04.15 Wib melaksanakan infiltrasi menuju titik luncur dengan Long Range Navigation menggunakan 2 unit perahu karet dilanjutkan melaksanakan Selam Tempur menuju ke sasaran. Untuk mendapatkan kerahasian, selanjutnya melaksanakan Ship Boarding di dinding kiri kapal sasaran dengan sarana galah yang sudah dibawa oleh Tim Penyelam Tempur dengan rencana akan melumpuhkan teroris yang berjaga-jaga di Geladak Utama Kapal secara senyap selanjutnya menuju ruangan Kontrol Mesin kapal untuk melumpuhkan Teroris yang berada di ruangan tersebut.
3. Tim Charlie pada pukul 04.30 Wib bergerak dari Lanud Halim Perdana Kusumah menuju daerah sasaran dengan lintas udara menggunakan pesawat CN 212 TNI AL selanjutnya melaksanakan infiltrasi ke sasaran dengan Vertical Landing terjun bebas tempur mendarat di Geladak Utama Kapal. Di sasaran akan melumpuhkan Teroris yang berada di Anjungan Kapal.
4. Tim Delta pada pukul 04.30 Wib sebagai Tim Bantuan melaksanakan infiltrasi menuju daerah sasaran dengan Long Range Navigation menggunakan 1 unit Sea Rider, selanjutnya melaksanakan Ship Boarding di dinding kanan kapal sasaran dengan menggunakan tangga serbu di belakang Tim Alpha, untuk mengamankan Droping Zone Tim Charlie di Geladak Utama Kapal, setelah serbuan Tim Tempur maka Tim Bantuan merencanakan akan mengamankan seluruh Sandera yang berada di Kapal.
5. Tim Echo sebagai Tim Penjinak Bom melaksanakan pergerakan dari Lanud Halim Perdana Kusuma menuju sasaran dengan lintas udara menggunakan pesawat Heli Bell 412 TNI AL selanjutnya melaksanakan siaga udara di daerah sasaran menunggu panggilan dan melaksanakan Fast Ropping di Geladak Utama Kapal untuk melaksanakan penjinakan bom.
Setelah seluruh Tim Tempur Denjaka TNI AL berhasil melaksanakan infiltrasi secara senyap ke MV Jaya Kusuma Permai 3 yang telah dikuasai oleh Teroris dan sudah menempati posisi siap serbu di sasaran masing-masing, maka pada Jam “J” yang telah ditentukan yaitu pukul 05.00 Wib Komandan Detasemen Jala Mangkara Kolonel Marinir Suhartono memerintahkan seluruh Tim Tempurnya untuk melaksanakan serbuan kilat secara serentak tanpa melukai sandera.
Seluruh Teroris berhasil dilumpuhkan dengan kondisi sandera dalam keadaan selamat, Seluruh Tim Tempur melaksanakan pembersihan di sektor sasaran masing-masing, selanjutnya Tim Bravo yang melumpuhkan Teroris di Ruang Kontrol Mesin menemukan paket yang diduga bahan peledak dan melaporkan kepada Dandenjaka, selanjutnya Dandenjaka memerintahkan Tim Echo untuk melaksanakan identifikasi dan penjinakan bom. Tim Echo yang masih berada di Heli Bell pada posisi siaga segera melaksanakan Fast Ropping di Geladak Utama Kapal dan menuju ke Ruang Kontrol Mesin untuk melaksanakan identifikasi paket yang diduga bahan peledak tersebut.
Sementara itu di perairan sekitar MV Jaya Kusuma Permai 3, sudah siap aparat Kepolisian yang dipimpin oleh Manager TKP yang bersiap untuk melaksanakan serah terima kapal, sandera dan tersangka pelaku teroris serta melaksanakan olah TKP.
Setelah Tim Echo mengidentifikasi paket bom, langsung mengamankan paket bom tersebut dan memasukannya ke dalam Bomb Blanket untuk dipindahkan ke daerah aman selanjutnya akan dilaksanakan disposal. Seluruh unsur serbu melaksankan pengamanan dan dilanjutkan konsolidasi serta pengecekan kelengkapan personel, material dan mendata hasil operasi yang akan diserah terimakan kepada pihak Kepolisian.
Dengan berakhirnya proses serah terima kepada pihak Kepolisian maka berakhir pula Latihan Operasi Penanggulangan Teror di Kapal Super Tanker MV Jaya Kusuma Permai 3 oleh Detasemen Jala Mangkara TNI AL.
Sumber: Dispenal
Tahun 2014 TNI AU Diperkuat Alutsista Dirgantara Canggih
Presiden SBY naik dan mengamati interior pesawat CN 295 saat peninjauan di Hanggar CN 235 kompleks PT DI, Bandung, Rabu (26/10) pagi. (Foto: abror/presidensby.info)
27 Oktober 2011, Bandung, DMC – Mulai semester I pada tahun 2014 sesuai dengan rancang bangun kekuatan pertahanan pada renstra I (2010-2014) TNI Angkatan Udara diharapkan telah diperkuat dengan beberapa Alutsista Dirgantara baru yang lebih kompleks dan canggih. Hal ini dapat dilihat dari upaya-upaya yang terus dilakukan pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertahanan dan Mabes TNI yang melibatkan beberapa pihak seperti pelaku industri Pertahanan, kalangan akademisi dan tenaga-tenaga ahli lainnya.
Demikian dikatakan Menteri Pertahanan RI, Purnomo Yusgiantoro saat memberikan pembekelan kepada Perwira Siswa Sekolah Staf dan Komando TNI Angkatan Udara Angkatan (Sesko AU) Angkatan XLVIII, Kamis (26/10) di Ksatrian Sesko AU. Dengan didamping Komandan Sesko AU, Marsda TNI Boy. Syahril Qamar, S.E Menhan memberikan pembekalan kepada 128 Pasis Sesko AU berpangkat Letkol dan Mayor dari beberapa kesatuan di Indonesia serta Siswa Mancan Negara yang berasal dari Amerika, Pakistan, Malaysia, Singapura, Thailand dan Korea Selatan.
Diharapkan dengan adanya pembekalan Menhan ini para siswa dapat mengerti dan mengimplementasikan segala kebiajakan pertahanan sesuai dengan tugas dan fungsi yang diemban para siswa di satuannya masing-masing.
Sehubungan upaya pemenuhan Alutsista terbaru dan canggih ini Kemhan akan meng-upgrade sekitar 24 unit pesawat F-16 dengan Engine Block 25 menjadi Engine blok 52. 24 unit pesawat ini merupakan hasil hibah dari Pemerintah Amerika Serikat yang telah juga disetujui oleh Anggota Komisi I DPR RI. Pemerintah juga mengalokasikan anggaran untuk mendukung upgrade tersebut sekitar 600 juta Dollar. Selain itu Kemhan juga akan melibatkan beberapa pihak termasuk tenaga ahli dari kalangan akademisi, peneliti serta kalangan pelaku industri pertahanan dalam negeri.
Menhan juga menambahkan TNI AU pada tahun 2014 juga akan diperkuat dengan 9 unit pesawat angkut jenis ringan terbaru CN – 295 hasil kerjasama antara Kemhan, PT. Dirgantara Indonesia dengan Airbus Military Spanyol. Kedua perusahaan ini telah sepakat dan berkomitmen untuk menjalin kerjasama dalam pengadaan dan produk bersama pesawat CN-295 ini dengan menandatangani Nota Strategis Pengukuhan Kolaborasi Produk bersama Rabu lalu (25/10) di Hanggar PT DI.
Menhan mengatakan, untuk jangka yang lebih panjang lagi (Renstra II 2014-2015) Kemhan tengah menjalin kerjasama dengan Korea Selatan dalam hal produk bersama pesawat tempur KFX / IFX sebagai pesawat tempur generasi ke 4 setengah.
Dijelaskan Menhan, saat ini di Korea terdapat sekitar 34 tenaga ahli Indonesia yang berasal dari personel TNI, ITB, Badan Penelitian dan Pengembangan Kemhan tengah mengadakan tahap rancang bangun pesawat KFX / IFX. Rencananya sekitar 210 tenaga ahli Indonesia akan dikirim dengan berbagai fase produk bersama pesawat tersebut.
Dalam hal pengawasan dan pencegahan rencananya pada tahun 2104 untuk seluruh wilayah udara Indonesia, Kemhan berupaya untuk menutup dan melindungi wialayah udara ini dengan dilengkapi sistem radar yang canggih. Sementara ini peralatan pengawasan yang sudah ada saat ini adalah Integrated Maritime Surveillance System yang dipasang di beberapa titik strategis wilayah Indonesia.
Menhan menjelaskan keseluruhan dari rancangan pembangunan kekuatan pertahanan untuk Renstra I juga telah ditentukan skala prioritas pemenuhan kebutuhan alutsista TNI. Adapun pembangunan kekuatan ini, khusus TNI AU telah mencakup unsur Striking force atau pesawat tempur seperti F-16, Sukhoi, F-5, serta Multifanction Force seperti pesawat Hercules, CN -295, CN -235.
Sumber: DMC
27 Oktober 2011, Bandung, DMC – Mulai semester I pada tahun 2014 sesuai dengan rancang bangun kekuatan pertahanan pada renstra I (2010-2014) TNI Angkatan Udara diharapkan telah diperkuat dengan beberapa Alutsista Dirgantara baru yang lebih kompleks dan canggih. Hal ini dapat dilihat dari upaya-upaya yang terus dilakukan pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertahanan dan Mabes TNI yang melibatkan beberapa pihak seperti pelaku industri Pertahanan, kalangan akademisi dan tenaga-tenaga ahli lainnya.
Demikian dikatakan Menteri Pertahanan RI, Purnomo Yusgiantoro saat memberikan pembekelan kepada Perwira Siswa Sekolah Staf dan Komando TNI Angkatan Udara Angkatan (Sesko AU) Angkatan XLVIII, Kamis (26/10) di Ksatrian Sesko AU. Dengan didamping Komandan Sesko AU, Marsda TNI Boy. Syahril Qamar, S.E Menhan memberikan pembekalan kepada 128 Pasis Sesko AU berpangkat Letkol dan Mayor dari beberapa kesatuan di Indonesia serta Siswa Mancan Negara yang berasal dari Amerika, Pakistan, Malaysia, Singapura, Thailand dan Korea Selatan.
Diharapkan dengan adanya pembekalan Menhan ini para siswa dapat mengerti dan mengimplementasikan segala kebiajakan pertahanan sesuai dengan tugas dan fungsi yang diemban para siswa di satuannya masing-masing.
Sehubungan upaya pemenuhan Alutsista terbaru dan canggih ini Kemhan akan meng-upgrade sekitar 24 unit pesawat F-16 dengan Engine Block 25 menjadi Engine blok 52. 24 unit pesawat ini merupakan hasil hibah dari Pemerintah Amerika Serikat yang telah juga disetujui oleh Anggota Komisi I DPR RI. Pemerintah juga mengalokasikan anggaran untuk mendukung upgrade tersebut sekitar 600 juta Dollar. Selain itu Kemhan juga akan melibatkan beberapa pihak termasuk tenaga ahli dari kalangan akademisi, peneliti serta kalangan pelaku industri pertahanan dalam negeri.
Menhan juga menambahkan TNI AU pada tahun 2014 juga akan diperkuat dengan 9 unit pesawat angkut jenis ringan terbaru CN – 295 hasil kerjasama antara Kemhan, PT. Dirgantara Indonesia dengan Airbus Military Spanyol. Kedua perusahaan ini telah sepakat dan berkomitmen untuk menjalin kerjasama dalam pengadaan dan produk bersama pesawat CN-295 ini dengan menandatangani Nota Strategis Pengukuhan Kolaborasi Produk bersama Rabu lalu (25/10) di Hanggar PT DI.
Menhan mengatakan, untuk jangka yang lebih panjang lagi (Renstra II 2014-2015) Kemhan tengah menjalin kerjasama dengan Korea Selatan dalam hal produk bersama pesawat tempur KFX / IFX sebagai pesawat tempur generasi ke 4 setengah.
Dijelaskan Menhan, saat ini di Korea terdapat sekitar 34 tenaga ahli Indonesia yang berasal dari personel TNI, ITB, Badan Penelitian dan Pengembangan Kemhan tengah mengadakan tahap rancang bangun pesawat KFX / IFX. Rencananya sekitar 210 tenaga ahli Indonesia akan dikirim dengan berbagai fase produk bersama pesawat tersebut.
Dalam hal pengawasan dan pencegahan rencananya pada tahun 2104 untuk seluruh wilayah udara Indonesia, Kemhan berupaya untuk menutup dan melindungi wialayah udara ini dengan dilengkapi sistem radar yang canggih. Sementara ini peralatan pengawasan yang sudah ada saat ini adalah Integrated Maritime Surveillance System yang dipasang di beberapa titik strategis wilayah Indonesia.
Menhan menjelaskan keseluruhan dari rancangan pembangunan kekuatan pertahanan untuk Renstra I juga telah ditentukan skala prioritas pemenuhan kebutuhan alutsista TNI. Adapun pembangunan kekuatan ini, khusus TNI AU telah mencakup unsur Striking force atau pesawat tempur seperti F-16, Sukhoi, F-5, serta Multifanction Force seperti pesawat Hercules, CN -295, CN -235.
Sumber: DMC
Dornier Technology Philippines to Expand Facilities in Clark
27 Oktober 2011
Dornier S-Ray 007 two seater pilot training amphibian aircraft, was produced in Philippines (photo : Dornier)
MANILA, Asia Pulse - Dornier Technology, a German-based aircraft manufacturer, would soon be producing a 25-seater amphibious seaplane following the expansion of their manufacturing facilities in Clark.
The US$350-million state-of-the-art seaplane composite manufacturing facilities to rise in Clark would be generating hundreds of manpower requirements such as engineers, avionic technicians, airframe and mechanical staff, according to Dornier Technology Philippines owner Iren Dornier.
Dornier, also the chairman of Southeast Asian Airlines (Seair), said his business partners are very interested in the production of a 25-seater pressurized long range commercial airplane and may also be used as a cargo transport aircraft to remote areas such as isolated islands.
The plane could also be used for coast border patrol, anti-drug smuggling, special missions/operations or strictly for pipelines or areas submerged with water where helicopters are limited in range. It can also be utilized as firefighter plane where it could scoop thousands of gallons of water within seconds.
The plane it said is ideal for surveillance missions, UAV missions (uninhabited air vehicles) that can be launched into a boat or carriers and can be transported into a container which flips it wings 90 degrees.
(PNA)
Dornier S-Ray 007 two seater pilot training amphibian aircraft, was produced in Philippines (photo : Dornier)
MANILA, Asia Pulse - Dornier Technology, a German-based aircraft manufacturer, would soon be producing a 25-seater amphibious seaplane following the expansion of their manufacturing facilities in Clark.
The US$350-million state-of-the-art seaplane composite manufacturing facilities to rise in Clark would be generating hundreds of manpower requirements such as engineers, avionic technicians, airframe and mechanical staff, according to Dornier Technology Philippines owner Iren Dornier.
Dornier, also the chairman of Southeast Asian Airlines (Seair), said his business partners are very interested in the production of a 25-seater pressurized long range commercial airplane and may also be used as a cargo transport aircraft to remote areas such as isolated islands.
The plane could also be used for coast border patrol, anti-drug smuggling, special missions/operations or strictly for pipelines or areas submerged with water where helicopters are limited in range. It can also be utilized as firefighter plane where it could scoop thousands of gallons of water within seconds.
Dornier Seastar has 12 seats, meaning the new model will have double capacity compared to Seastar (photo : flightglobal)
He added that the airplane is capable of travelling a distance of approximately 2,000 nautical miles long-range endurance and be equipped with two Pratt &Whitney powered turbo propeller engines.
Their facilities in Clark is manufacturing a two-seater multi-purpose aircraft primarily designed to provide a training flat form to seaplane pilots who need trainings.
The S-Ray 007 single engine seaplane could be operated on both lands and sea with short takeoffs and capable of landing on runways or 2 feet seas.The plane it said is ideal for surveillance missions, UAV missions (uninhabited air vehicles) that can be launched into a boat or carriers and can be transported into a container which flips it wings 90 degrees.
(PNA)
PT DI Bisa Produksi 12 Pesawat per Tahun
Presiden SBY mencoba naik pesawat CN 295 produksi PT DI, pada peninjauan di Hanggar CN 235 kompleks PT DI, Bandung, Rabu (26/10) pagi. (Foto: abror/presidensby.info)
28 Oktober 2011, Bandung (SINDO): PT Dirgantara Indonesia (PT DI) optimistis mampu memproduksi 12 pesawat jenis CN untuk memenuhi kebutuhan pasar Asia Pasifik.
Kesiapan ini berdasar kemampuan dan pengalaman yang dimiliki tenaga ahli perusahaan yang berbasis di Bandung tersebut menggarap pesawat jenis tersebut,termasuk CN-235. Direktur Aerostructure PT DI Andi Alisjahbana mengungkapkan, produksi CN-295 akan terlebih dulu dibuat di pabrik Airbus Military Industry di Spanyol. Selain untuk melatih teknisi, langkah tersebut diambil untuk memberi kesempatan bagi PT DI mempersiapkan investasi bahan baku dan alat.
Baru kemudian produksi bisa dilakukan di Indonesia. "Nantinya, PT DI akan bertanggungjawab pada proses final essambly CN-295 dengan komposisi bahan baku 50% oleh PT DI dan 50% oleh Airbus Military. Untuk membuat CN 295, PT DI juga masih membutuhkan bahan baku dari negara lain. Seperti engine dari Kanada, avionik dari AS, dan beberapa komponen lain dari Spanyol dan negara lain,"’ jelasnya. Menurut dia, membuat CN- 295 nyaris sama dengan membuat CN 235. Yang membedakan adalah CN-295 lebih panjang tiga meter.
Adapun produksi CN 295 pesanan Kementerian Pertahanan (Kemhan) sendiri tidak ada perbedaan mendasar dengan stuktur CN sejenis.Perbedaaan hanya terdapat pada struktur tempat duduk yang di buat memanjang mengikuti panjang pesawat. Sehingga bisa membawa 70 pasukan serta mengangkut barang dalam jumlah besar. Seperti diberitakan sebelumnya, perusahaan pesawat terbang berplat merah itu secara resmi memulai kerjasama dengan Airbus Military pesawat CN-295. Pada tahap awal,PT DI akan memproduksi sembilan pesawat CN-295 untuk memenuhi pesanan TNI Angkatan Udara (AU) dengan nilai kontrak mencapai USD325 juta.
Perjanjian kerja sama produksi CN-295 antara PT DI dan Airbus Military disaksikan langsung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).Presiden berharap kerjasama ini menjadi tonggak kebangkitan perusahaan yang pernah jaya di masa kepemimpinan BJ Habibie. Andi menggariskan kerjasama PT DI dengan Airbus Military bukan hanya pada produksi dan pemasaran CN-295, tapi beberapa tipe CN lainnya, CN 235,CN 212-200,dan CN 219.Dia optimis empat tipe pesawat tersebut akan diserap pasar karena masing-masing tipe memiliki kelebihan berdasarkan kebutuhan suatu negara.
Negara yang butuh pesawat dengan daya angkut kecil tapi lincah bisa memesan CN 219 dengan kapasitas 19 penumpang atau CN 212-200 dengan kapasitas 24 Penumpang.Sementara bila kebutuhannya lebih besar lagi, bisa memesan CN 235 (42 penumpang) atau CN 295 (70 penumpang). Ekonom dari Univesitas Padjadjaran (Unpad) Acuviarta Kurtubi mengatakan, pesanan sembilan pesawat CN 295 oleh Kemhan akan sangat membantu PT DI untuk bangkit dari keterpurukan sejak beberapa tahun silam.
Terlebih, dalam kurun waktu beberapa waktu ke depan, pemerintah akan membelanjakan sekitar Rp150 triliun untuk keperluan alat utama sistem senjata(alutista). Peluang tersebut semestinya dimanfaatkan BUMN dalam negeri. ”Namun demikian, karena yang dijual adalah pesawat, pemerintah tetap harus campur tangan. Seperti halnya yang dilakukan Amerika Serikat. Penjualan pesawat tempur dilakukan pada pembicaraan tingkat tinggi,”jelasnya dia.
Sumber: SINDO
28 Oktober 2011, Bandung (SINDO): PT Dirgantara Indonesia (PT DI) optimistis mampu memproduksi 12 pesawat jenis CN untuk memenuhi kebutuhan pasar Asia Pasifik.
Kesiapan ini berdasar kemampuan dan pengalaman yang dimiliki tenaga ahli perusahaan yang berbasis di Bandung tersebut menggarap pesawat jenis tersebut,termasuk CN-235. Direktur Aerostructure PT DI Andi Alisjahbana mengungkapkan, produksi CN-295 akan terlebih dulu dibuat di pabrik Airbus Military Industry di Spanyol. Selain untuk melatih teknisi, langkah tersebut diambil untuk memberi kesempatan bagi PT DI mempersiapkan investasi bahan baku dan alat.
Baru kemudian produksi bisa dilakukan di Indonesia. "Nantinya, PT DI akan bertanggungjawab pada proses final essambly CN-295 dengan komposisi bahan baku 50% oleh PT DI dan 50% oleh Airbus Military. Untuk membuat CN 295, PT DI juga masih membutuhkan bahan baku dari negara lain. Seperti engine dari Kanada, avionik dari AS, dan beberapa komponen lain dari Spanyol dan negara lain,"’ jelasnya. Menurut dia, membuat CN- 295 nyaris sama dengan membuat CN 235. Yang membedakan adalah CN-295 lebih panjang tiga meter.
Adapun produksi CN 295 pesanan Kementerian Pertahanan (Kemhan) sendiri tidak ada perbedaan mendasar dengan stuktur CN sejenis.Perbedaaan hanya terdapat pada struktur tempat duduk yang di buat memanjang mengikuti panjang pesawat. Sehingga bisa membawa 70 pasukan serta mengangkut barang dalam jumlah besar. Seperti diberitakan sebelumnya, perusahaan pesawat terbang berplat merah itu secara resmi memulai kerjasama dengan Airbus Military pesawat CN-295. Pada tahap awal,PT DI akan memproduksi sembilan pesawat CN-295 untuk memenuhi pesanan TNI Angkatan Udara (AU) dengan nilai kontrak mencapai USD325 juta.
Perjanjian kerja sama produksi CN-295 antara PT DI dan Airbus Military disaksikan langsung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).Presiden berharap kerjasama ini menjadi tonggak kebangkitan perusahaan yang pernah jaya di masa kepemimpinan BJ Habibie. Andi menggariskan kerjasama PT DI dengan Airbus Military bukan hanya pada produksi dan pemasaran CN-295, tapi beberapa tipe CN lainnya, CN 235,CN 212-200,dan CN 219.Dia optimis empat tipe pesawat tersebut akan diserap pasar karena masing-masing tipe memiliki kelebihan berdasarkan kebutuhan suatu negara.
Negara yang butuh pesawat dengan daya angkut kecil tapi lincah bisa memesan CN 219 dengan kapasitas 19 penumpang atau CN 212-200 dengan kapasitas 24 Penumpang.Sementara bila kebutuhannya lebih besar lagi, bisa memesan CN 235 (42 penumpang) atau CN 295 (70 penumpang). Ekonom dari Univesitas Padjadjaran (Unpad) Acuviarta Kurtubi mengatakan, pesanan sembilan pesawat CN 295 oleh Kemhan akan sangat membantu PT DI untuk bangkit dari keterpurukan sejak beberapa tahun silam.
Terlebih, dalam kurun waktu beberapa waktu ke depan, pemerintah akan membelanjakan sekitar Rp150 triliun untuk keperluan alat utama sistem senjata(alutista). Peluang tersebut semestinya dimanfaatkan BUMN dalam negeri. ”Namun demikian, karena yang dijual adalah pesawat, pemerintah tetap harus campur tangan. Seperti halnya yang dilakukan Amerika Serikat. Penjualan pesawat tempur dilakukan pada pembicaraan tingkat tinggi,”jelasnya dia.
Sumber: SINDO
Panglima Tutup Latma Gultor
Sejumlah pasukan Anti Teror TNI/Polri mengikuti upacara penutupan latihan bersama penanggulangan teror di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta, Jumat (28/10). (Foto: ANTARA/Arif Dispen/Koz/Spt/11)
28 Oktober 2011, Jakarta (Jurnas.com): PANGLIMA TNI Laksamana TNI Agus Suhartono menutup acara Latihan Bersama Penanggulangan Teror (Latma Gultor) TNI-Polri 2011 bersandi Waspada Nusa III.
Menurutnya, Latma Gultor yang diselenggarakan pada 25-28 Oktober ini berlangsung lancar sesuai yang dilancarkan. "Latihan ini merupakan kesinambungan dari latihan serupa tahun lalu," kata Panglima di Markas Besar TNI di Jakarta, Jumat (28/10).
Penyelenggaraan latihan ini, kata Panglima, merupakan wujud sinergi TNI-Polri dalam menghadapi dan memerangi terorisme di seluruh pelosok Nusantara.
Dikatakan Panglima, hal yang paling menonjol dalam latihan ini adalah sinergitas TNI-Polri. "Mulai tahap perencanaan, mekanisme dan prosedur serta peningkatan kemampuan masing-masing grup di dalam penyelesaian masalahnya masing-masing," katanya.
Sinergitas ini, kata Panglima, telah diinstruksikan oleh Presiden agar TNI-Polri meningkatkan koordinasi dan sinergi positif dalam penanggulangan aksi terorisme.
Latma Gultor ini diselenggarakan dengan diakhiri simulasi penanganan teror oleh TNI-Polri di lima tempat secara serentak.
Di Hotel Borobudur, penanganan dilakukan oleh Detasemen Khusus Antiteror (Densus) 88 Mabes Polri, di Hotel Sultan oleh Satuan 81 Penanggulangan Teror (Gultor) Kopassus TNI AD, di Tanjung Priok oleh Detasemen Jalamangkara (Denjaka) TNI AL, di Bandara Soekarno-Hatta Detasemen Bravo (Den Bravo) TNI AU dan di gedung TVRI.
Sumber: Jurnas
28 Oktober 2011, Jakarta (Jurnas.com): PANGLIMA TNI Laksamana TNI Agus Suhartono menutup acara Latihan Bersama Penanggulangan Teror (Latma Gultor) TNI-Polri 2011 bersandi Waspada Nusa III.
Menurutnya, Latma Gultor yang diselenggarakan pada 25-28 Oktober ini berlangsung lancar sesuai yang dilancarkan. "Latihan ini merupakan kesinambungan dari latihan serupa tahun lalu," kata Panglima di Markas Besar TNI di Jakarta, Jumat (28/10).
Penyelenggaraan latihan ini, kata Panglima, merupakan wujud sinergi TNI-Polri dalam menghadapi dan memerangi terorisme di seluruh pelosok Nusantara.
Dikatakan Panglima, hal yang paling menonjol dalam latihan ini adalah sinergitas TNI-Polri. "Mulai tahap perencanaan, mekanisme dan prosedur serta peningkatan kemampuan masing-masing grup di dalam penyelesaian masalahnya masing-masing," katanya.
Sinergitas ini, kata Panglima, telah diinstruksikan oleh Presiden agar TNI-Polri meningkatkan koordinasi dan sinergi positif dalam penanggulangan aksi terorisme.
Latma Gultor ini diselenggarakan dengan diakhiri simulasi penanganan teror oleh TNI-Polri di lima tempat secara serentak.
Di Hotel Borobudur, penanganan dilakukan oleh Detasemen Khusus Antiteror (Densus) 88 Mabes Polri, di Hotel Sultan oleh Satuan 81 Penanggulangan Teror (Gultor) Kopassus TNI AD, di Tanjung Priok oleh Detasemen Jalamangkara (Denjaka) TNI AL, di Bandara Soekarno-Hatta Detasemen Bravo (Den Bravo) TNI AU dan di gedung TVRI.
Sumber: Jurnas
Subscribe to:
Posts (Atom)