(Foto: Dispenarmatim)
8 Desember 2011, Jakarta (Suara Karya): Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro menilai, patroli gabungan (patgab) Indonesia, Singapura, Malaysia, dan Thailand di perairan Selat Malaka menjadi tren positif karena berbuah keberhasilan.
Selama 2010 - 2011, catatan kriminal ataupun perompakan serta penyeludupan di kawasan perairan itu nol persen. "Sekarang nol persen perompakan di Selat Malaka dan ini kita diapresiasi oleh dunia internasional," ujar Menhan di Jakarta, Rabu (7/12).
Keberhasilan Patgab empat negara itu telah diapresiasi dunia internasional. Pasalnya, Patgab itu memberikan hasil siginifikan.
"Ternyata, patroli ga-bungan yang dilakukan Indonesia, Malaysia, Singapura dan Thailand dengan bentuk patroli terkoordinasi itu benar-benar bisa menurunkan drastis penurunan perompakan," kata dia.
Untuk mengawasi lalulintas di perairan Selat Malaka, Purnomo menjelaskan, Indonesia memasang 12 radar di beberapa wilayah. Setiap pergerakan di Selat Malaka termonitor. "Singapura dan Malaysia juga punya. Dengan radar itu, kita tahu kegiatan kapal," ujar Purnomo.
Pengamat kelautan, Bramandanu menyarankan, wilayah perairan Selat Malaka sebaiknya diisi oleh peraturan ataupun jaminan keselamatan lalulintas pelayaran internasional.
"Sebab, kalau saya lihat, tata kelola Selat Malaka memang masih semrawut," ujar dia.
Selat Malaka dibatasi tiga negara pantai, seperti Indonesia, Malaysia dan Singapura. Karena itu, kata dia, perlu upaya penyatuan pandangan dan tindakan oleh ketiga negara pantai itu. Misalnya, soal keselamatan pelayaran maupun dalam menghadapi reaksi-rekasi dari luar.
Dari segi ekonomi dan strategis, kata Bramandanu, Selat Malaka merupakan salah satu jalur terpenting di dunia, sama pentingnya seperti Terusan Suez dan Terusan Panama. Selat Malaka membentuk jalur pelayaran terusan antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik serta penghubungkan tiga dari negara-negara dengan penduduk terbeser, seperti India, Indonesia dan China.
"Sebanyak 1200 kapal melintasi selat malaka setiap harinya, 22 kapal super ultra large dengan mengangkut antara seperlima dan seperempat perdagangan laut dunia. Maka, tak ayal jika kawasan itu menjadi sebuah target pembajakan," jelas dia.
Posisi Strategis
Sementara itu, pengamat hubungan internasional, Ahmad Jamaan menilai, puncak perayaan ke-12 Hari Nusantara, 13 Desember 2011, mendatang di Kota Dumai, Riau yang berhadapan langsung dengan Selat Malaka mempertegas posisi strategis Indonesia di jalur lintas terpadat dunia Internasional.
Apalagi perayaan hari nusantara yang disertai dengan parade militer dengan tema besar pengamanan nusantara diselingi juga dengan pameran industri pertahanan dan patroli bersama tiga negara Indonesia, Malaysia, dan Singapura.
"Perayaan peringatan Hari Nusantara di Selat Malaka mempunyai arti yang strategis jika dikaitkan dengan situasi Internasional saat ini. Patroli militer di kawasan itu akan mempertegas posisi Indonesia di zona panas kawasan Laut China Selatan antara Amerika Serikat dan China," kata Ahmad.
Sumber: Suara Karya
No comments:
Post a Comment