KRI Nanggala-402 saat uji pelayaran di Korsel. (Foto: Kaskus)
13 Februari 2012: Berada di kedalaman laut,dikurung dalam kapal selam yang sempit selama puluhan hari bukanlah perkara mudah.Rasa jenuh, stres,hingga gangguan kejiwaan,menjadi ancaman nyata.
Belum lagi keganasan laut yang bisa menenggelamkan mereka sewaktu-waktu. Keceriaan terus tergambar dari raut para awak KRI Nanggala-402 begitu mendarat di dermaga Armatim beberapa hari lalu. Perasaan puas sekaligus bahagia tersungging dari senyum mereka.Ini karena mereka sukses mengemban misi membawa pulang KRI Nanggala-402 dari proses overhaul di Korea Selatan.
Tetapi bukan itu saja,bisa menghirup udara alam bebas adalah sesuatu yang luar biasa bagi mereka. Bayangkan saja,21 hari lamanya mereka berada dalam kapal yang sempit. Menyelami lautan bebas hingga ratusan mil,belum lagi berkutat dengan rutinitas dan teman yang sama selama itu. Tentu ini menjadi hal yang membosankan bagi manusia normal. Namun,jiwa mereka telah terpatri dengan semboyan ‘Tabah Sampai Akhir’,seperti yang diajarkan para pelaut terdahulu.
Sehingga seberat apapun resiko yang dihadapi,pantang bagi mereka untuk mundur apalagi menyerah saat berjuang. Memang,para awak kapal selam bukanlah prajurit biasa. Mereka adalah manusia-manusia pilihan yang mampu bertahan dalam situasi dan kondusi sesulit apapun. Tetapi itulah faktanya,nasib para awak kapal selam bisa dibilang tidak seenak awak kapal atas laut biasa.
Ini karena segala aktifitas mereka terbatasi. Jangankan bergerak ke sana-kemari, merokok pun tidak bisa mereka lakukan setiap waktu.Ini karena mereka berada berada di dalam kapal yang tertutup,bersama mesin kapal yang sensitif dengan asap maupun api.Padahal,di kedalaman laut yang dingin rokok bisa menjadi penawarnya. Tetapi,para awak KRI Nanggala-402 memiliki cara khusus untuk mengobati keinginan merokok itu.
Saat kondisi air laut tenang misalnya, kapal dijalankan dengan setengah terapung. Tujuannya, bagian tengah kapal yang tinggi bisa berada di permukaan air laut,sehingga mereka bisa naik dan menghisap rokok. ”Kalau kapal sudah mengapung seperti ini,kita biasanya berebut naik untuk merokok. Tetapi karena waktunya terbatas,kita tidak bisa berlama-lama,sebab harus bergantian dengan awak yang lain.
Paling hanya dua batang setelah itu turun lagi,”tutur salah seorang awak KRI Nanggala Lettu Laut (P) Hadhito. Namun aktifitas merokok lanjut Hadhito akan berhenti total kalau kondisi gelombang air laut sedang tinggi. Sebab pada situasi itu kapal sulit mengapung, karena harus menjaga keseimbangan akibat hantaman gelombang.”Kalau sudah seperti ini,kami biasanya hanya berdiri di dalam kapal sambil berpegangan agar tidak jatuh. Apalagi kalau pas ada badai atau berlayar di laut yang dalam,” katanya.
Hadhito menambahkan, meski sudah terlatih, perasaan was-was kadang masih tetap muncul saat berada di bawah laut.Kondisi ini biasanya muncul saat kapal berlayar di bawah laut yang dalam. Ini karena arus bawah laut cukup kencang, sehingga resiko bahaya juga cukup besar,seperti di laut China Selatan atau Laut Banda Maluku.”Dua lokasi ini terbilang paling angker, sebab ombaknya tidak bisa diprediksi,” kata perwira yang juga putra Kasal Laksamana Soeparno ini.
Tetapi lanjut Hadhito, para awak kapal selam sudah punya penangkal untuk menghadapi kedalaman laut tersebut.Penangkal itu tak lain berupa tradisi meminum air laut kedalaman. Setiap mengarungi kedalaman baru misalnya, maka tradisi meminum segelas air laut wajib dilakukan. ”Kapal selam ini biasanya berlayar di kedalaman 30 meter. Nah bagi mereka yang belum pernah belayar di kedalaman itu, maka wajib minum air laut. Ritual serupa juga akan kami lakukan jika kapal turun lagi di kedalaman bawah 30 meter.
Saat kapal di kedalaman 50 meter misalnya, maka harus minum air laut lagi, begitu seterusnya,sampai kapal ini berlayar di batas kedalaman maksimum 200 meter,”imbuh Serma PTB M Nuril Huda. Tradisi minum air laut kedalaman kata Nuril tidak hanya berlaku bagi anggota saja,tetapi juga komandan, perwira pelaksana maupun juga kepala kamar mesin.”Kalau sudah seperti ini kami tidak membedakan pangkat dan jabatan.
Siapa yang belum pernah masuk di kedalaman itu ya wajib minum air laut.Sebab ada sugesti dari kami,bahwa kalau sudah meminum air itu,maka kita akan menyatu dengan laut,”kata prajurit asal Lamongan ini. Pada ritual inilah,kadang banyak awak kapal yang tidak kuat karena rasa air yang begitu asin.Bahkan mereka yang tidak kuat bisa langsung diare. ”Walau begitu,tradisi ini tetap wajib diikuti,”tandasnya.
Sumber: SINDO
No comments:
Post a Comment