Presiden Republik Federal Jerman Christian Wulff (kanan) melambaikan tangan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebelum meninggalkan Istana Merdeka di Jakarta, Kamis (1/12). Presiden Yudhoyono dan Presiden Wulff membahas berbagai kemajuan dalam kerjasama bilateral Indonesia - Jerman, di mana hubungan diplomatik kedua negara akan menginjak usia 60 tahun pada tahun 2012. (Foto: ANTARA/Widodo S. Jusuf/ss/nz/11)
1 Desember 2011, Jakarta (Jurnas.com): Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengusulkan lima bidang prioritas kerja sama strategis antara Indonesia dan Jerman. Kelima prioritas tersebut meliputi bidang investasi dan perdagangan, kesehatan, pendidikan, riset dan teknologi, energi bersih dan industri pertahanan.
Presiden SBY menyampaikan hal itu dalam jumpa pers bersama Presiden Republik Federal Jerman, Christian Wulff, usai melakukan pertemuan bilateral di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (1/12).
Presiden SBY menjelaskan, volume perdagangan antara Indonesia dan Jerman saat ini mencapai US$6 Miliar atau naik 22 persen dari tahun sebelumnya. Investasi tahun terakhir mencapai US$300 Juta lebih, tetapi hal ini masih sangat bisa ditingkatkan lebih tinggi lagi.
Sedangkan untuk bidang kesehatan, Presiden SBY mengatakan teknologi dan manajemen kesehatan Jerman dianggap sangat maju. “Kami berharap bisa bekerja sama di sini,” SBY menyampaikan.
Pendidikan juga menjadi salah satu hal bidang yang diajukan Presiden SBY. Meskipun saat ini cukup banyak warga negara Indonesia yang menuntut ilmu di Jerman, Presiden SBY berharap kerja sama di bidang ini bisa lebih erat lagi.
“Kami ingin kerja sama ini antara lain menyangkut pada pendidikan di bidang teknologi. Kami membutuhkan ribuan insinyur yang akan membangun infrastruktur, mengembangkan industri dan konektifitas di Indonesia 10, 20, 30 tahun mendatang,” kata SBY.
Presiden SBY juga ingin kerja sama RI dan Jerman dalam bidang energi khususnya energi bersih dari sumber Geotermal.
Menyangkut kerja sama di bidang industri pertahanan, Presiden mengusulkan kerja sama yang strategis dan jangka panjang, misalnya bukan hanya procurement, pengadaan, tetapi juga joint investment dan juga ada joint production.
Sumber: Jurnas
Wednesday, November 30, 2011
KRI Sultan Iskandar Muda Laksanakan Latihan SAR Seagull 2011
30 November 2011, Lebanon (Dispenarmatim): Latihan Search and Rescue (SAR) dengan sandi “SEAGUL 2011”. merupakan salah satu bentuk latihan bersama yang digelar oleh MTF UNIFIL. Latihan ini melibatkan KRI Sultan Iskandar Muda-367, Heli NV-409, kapal perang dari Jerman FSG PASSAU M-1096 selaku unsur laut, 1 Heli Bell 212 milik ITALAIR sebagai unsur surveilance dari darat, Tim medis KRI SIM-367, tim medis dari Naqura HQ Hospital serta NOC selaku OCS. Latihan ini bertujuan untuk memadukan kemampuan unsur-unsur MTF di Laut dengan kemampuan Pangkalan UNIFIL HQ sekaligus untuk melatih dan uji Kodal.
Tahap perencanaan latihan dilaksanakan di MTF HQ Naqura dilanjutkan dengan tahapan manuver lapangan yang diawali dengan FSG PASSAU M-1096 menurunkan dummy korban sebagai simulasi orang jatuh di laut dan mengirimkan simulasi sinyal distress bahwa kapal mengalami kecelakaan. Unsur-unsur MTF yang beroperasi di AMO melaksanakan pencarian korban dengan pola operasi kerja sama unsur kapal permukaan dan udara, tidak kalah pentingnya, pada latihan ini tim medis dilatih untuk melaksanakan recovery korban sampai dengan Air Medical Evacuation.
Latihan yang berlangsung selama empat jam ini mendapat apresiasi positif dari MTF Commander, Rear Admiral Caroli, karena tiap-tiap bagian dapat melaksanakan tugasnya dengan baik sehingga diharapkan mampu melaksanakan reaksi yang cepat dan tepat bila dibutuhkan pada kejadian yang sesungguhnya.
Sumber: Dispenarmatim
Indonesia-Belgia Jajaki Kejasama Industri Pertahanan
(Foto: DMC/Sapardi)
30 November 2011, Jakarta (DMC): Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro dengan didampingi Sekjen Kemhan Marsdya TNI Eris Herryanto, S.Ip., M.A, Kabaranahan Kemhan Mayjen TNI R. Ediwan Prabowo, S.Ip, dan Dirtekind Ditjen Pothan Kemhan Brigjen TNI Ir. Agus Suyarso menerima kunjungan Duta Besar Belgia untuk Indonesia Christian Tanghe beserta rombongan, Rabu (30/11), di kantor Kemhan Jakarta. Maksud kunjungannya kali ini diantaranya untuk menjajaki kemungkinan kerjasama di bidang industri pertahanan antara kedua negara.
Sumber: Kemhan
30 November 2011, Jakarta (DMC): Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro dengan didampingi Sekjen Kemhan Marsdya TNI Eris Herryanto, S.Ip., M.A, Kabaranahan Kemhan Mayjen TNI R. Ediwan Prabowo, S.Ip, dan Dirtekind Ditjen Pothan Kemhan Brigjen TNI Ir. Agus Suyarso menerima kunjungan Duta Besar Belgia untuk Indonesia Christian Tanghe beserta rombongan, Rabu (30/11), di kantor Kemhan Jakarta. Maksud kunjungannya kali ini diantaranya untuk menjajaki kemungkinan kerjasama di bidang industri pertahanan antara kedua negara.
Sumber: Kemhan
South Korea Displays New Mini-Sub Concept
01 Desember 2011
KS-550A Mini-Sub concept for RoKN (all photos : Network54)
South Korea's Agency for Defence Development (ADD) has unveiled an innovative mini-submarine concept - known as the KSS 500A - for the Republic of Korea Navy (RoKN).
The 37 m-long craft is intended to form the basis for a replacement of the two surviving Dolgorae-class mini-submarines, which entered service in the early 1980s. Design work is believed to have started in 2008 and the ADD is now selecting key systems suppliers.
According to a model and accompanying data released at the Marine Week 2011 exhibition in Busan in early November, the KSS 500A has a beam of 4.5 m, surfaced displacement of 510 tons and maximum diving depth of 250 m.
Notably, there are no onboard electrical generators; all electrical power is provided instead by two banks of lithium ion batteries. While the Dolgarae-class boats require frequent snorkelling, the KSS 500A is designed to require minimal snorkelling during a typical three-week patrol.
The streamlined sail houses up to four masts for electro-optic, radar, satellite communications and electronic security measures systems, and there is a fifth - modular payload - mast for launching small unmanned aerial vehicles.
The pressure hull has four compartments: combat information centre, machinery room, special forces area and accommodation/messing. Weapons and sonars are installed in the forward section, while the integrated electric motor with coaxial flexible payload module (FPM) occupies the aft section.
Control surfaces include two bow-mounted dive planes and an X-shaped stern. A podded motor, stator and rotor propel the submarine at a cruise speed of 5-7 kt, although a sprint speed of 20 kt is possible. However, the endurance of 21 days and range of 2,000 n miles at low speeds are severely curtailed at higher speeds.
Although the boat can be operated by a crew of five, the design complement is 10 persons using a two-watch system. Up to 14 special forces personnel can also be embarked. The FPM at the stern allows the deployment of divers, swimmer delivery vehicles and unmanned underwater vehicles.
Armament comprises tubes for two heavyweight torpedoes and four lightweight torpedoes, located close to a payload interface module containing two box launchers: one for vertical-launch missiles, the other for mines. The KSS 500A is considerably larger than the Dolgorae-class boats. Built amid much secrecy, three Dolgoraes were commissioned in 1982-83 with pennant numbers 051-053. The legacy craft are about 25 m in length with a surfaced displacement of 250 tons. It is understood that five new mini-submarines are required by the RoKN, although induction timelines could not be ascertained.
Raider Kodam Iskandar Muda Mantapkan Kemampuan
30 November 2011, Banda Aceh (ANTARA News); Prajurit Raider Kodam Iskandar Muda, melakukan penyergapan pada simulasi pembebasan sandera di kawasan jalan Seutui, Banda Aceh, Aceh, Rabu (30/11). Simulasi anti teror itu dalam upaya meningkatkan kemampuan tempur para prajurit khususnya menghadapi berbagai ancaman yang terjadi. (Foto: ANTARA/Ampelsa/Koz/Spt/11)
1 Desember 2011, Banda Aceh, (Analisa). Sebanyak 500 personil Raider Kodam Iskandar Muda (IM) makin memantapkan kemampuan taktik pembebasan sandera dan penghancuran terhadap lawan. Hal itu dilakukan dengan melakukan simulasi selama dua pekan di berbagai titik di Kota Banda Aceh dan Aceh Besar.
Dalam upaya pemantapan pembebasan sandera ini, pasukan Raider melakukan pembebasan sandera baik di lokasi umum seperti terminal, bandar udara, dan pasar serta lokasi khusus seperti hotel dan perkantoran pemerintah maupun swasta.
"Simulasi pemantapan ini merupakan latihan terprogram yang digelar secara berkala dengan melibatkan 130 pelatih dari Kopassus," ujar Komandan Batalion 112/Raider Kodam IM, Mayor Inf Muhammad Arif Hidayat, kepada wartawan di sela-sela latihan di kawasan Terminal Batoh, Banda Aceh Rabu (30/11).
Dikatakan, simulasi yang dilakukan ini untuk mengasah kemampuan prajurit Raider Kodam IM untuk mengantisipasi setiap kontijensi yang terjadi di wilayah Kodam IM. Diharapkan prajurit raider Kodam IM mampu bertindak cepat kapanpun dibutuhkan.
Dikatakan, apa yang dilakukan prajurit Raider ini merupakan latihan puncak yang selama ini telah dilakukan Batalion Raider 112 sehingga nantinya para personil Raider Kodam IM benar-benar mampu menjalankan tugas dalam mengamankan negara.
Kemarin, pasukan Raider Kodam IM melakukan simulasi di sejumlah titik di antaranya kawasan Batoh, Setui, Waterboom Ulee Lheue, Simpang Lamteumen, dan Simpang Ketapang. Sehari sebelumnya, simulasi yang sama dilakukan di Bandara Sultan Iskandar Muda, Kampus Unsyiah, jembatan Lamnyong, Simpang BPKP, dan Simpang Surabaya.
"Besok, (hari ini, Kamis, 1/12) akan dilakukan simulasi pembebasan tahanan yang dilakukan di hotel-hotel dan perkantoran di Banda Aceh," jelas Muhammad Arif.
Rencananya, saat penutupan yang dilakukan 2 Desember yang digelar di Ulee Lheue akan ada demonstrasi semua latihan ini. Latihan penutup ini akan menggunakan alat tempur seperti APR (angkut personil), LCR (Landing Crubt Ruber), helikopter, dan senjata lengkap.
Sumber: Analisa
1 Desember 2011, Banda Aceh, (Analisa). Sebanyak 500 personil Raider Kodam Iskandar Muda (IM) makin memantapkan kemampuan taktik pembebasan sandera dan penghancuran terhadap lawan. Hal itu dilakukan dengan melakukan simulasi selama dua pekan di berbagai titik di Kota Banda Aceh dan Aceh Besar.
Dalam upaya pemantapan pembebasan sandera ini, pasukan Raider melakukan pembebasan sandera baik di lokasi umum seperti terminal, bandar udara, dan pasar serta lokasi khusus seperti hotel dan perkantoran pemerintah maupun swasta.
"Simulasi pemantapan ini merupakan latihan terprogram yang digelar secara berkala dengan melibatkan 130 pelatih dari Kopassus," ujar Komandan Batalion 112/Raider Kodam IM, Mayor Inf Muhammad Arif Hidayat, kepada wartawan di sela-sela latihan di kawasan Terminal Batoh, Banda Aceh Rabu (30/11).
Dikatakan, simulasi yang dilakukan ini untuk mengasah kemampuan prajurit Raider Kodam IM untuk mengantisipasi setiap kontijensi yang terjadi di wilayah Kodam IM. Diharapkan prajurit raider Kodam IM mampu bertindak cepat kapanpun dibutuhkan.
Dikatakan, apa yang dilakukan prajurit Raider ini merupakan latihan puncak yang selama ini telah dilakukan Batalion Raider 112 sehingga nantinya para personil Raider Kodam IM benar-benar mampu menjalankan tugas dalam mengamankan negara.
Kemarin, pasukan Raider Kodam IM melakukan simulasi di sejumlah titik di antaranya kawasan Batoh, Setui, Waterboom Ulee Lheue, Simpang Lamteumen, dan Simpang Ketapang. Sehari sebelumnya, simulasi yang sama dilakukan di Bandara Sultan Iskandar Muda, Kampus Unsyiah, jembatan Lamnyong, Simpang BPKP, dan Simpang Surabaya.
"Besok, (hari ini, Kamis, 1/12) akan dilakukan simulasi pembebasan tahanan yang dilakukan di hotel-hotel dan perkantoran di Banda Aceh," jelas Muhammad Arif.
Rencananya, saat penutupan yang dilakukan 2 Desember yang digelar di Ulee Lheue akan ada demonstrasi semua latihan ini. Latihan penutup ini akan menggunakan alat tempur seperti APR (angkut personil), LCR (Landing Crubt Ruber), helikopter, dan senjata lengkap.
Sumber: Analisa
Heli Antikapal Selam Perkuat TNI AL
Helikopter Lynx Royal Navy (kiri) dan Sea Sprite Royal New Zealand Navy terbang diatas laut Cina Selatan saat digelar latihan bersama Lima. (Foto: Australia DoD)
1 Desember 2011, Jakarta (SINDO): Kekuatan alat utama sistem senjata (alutsista) TNI Angkatan Laut akan bertambah menyusul proses pengadaan 11 unit helikopter antikapal selam,antikapal permukaan, serta dua pesawat patroli laut.
Tambahan alutsista itu akan mengisi kelemahan-kelemahan yang dimiliki kapal TNI AL. Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut Laksamana Pertama TNI Untung Suropati mengatakan, keberadaan pesawat sayap tetap maupun sayap putar (helikopter) penting bagi TNI AL, karena mereka merupakan kepanjangan “mata” dan “telinga” dari kapal TNI AL (KRI).Wilayah laut Indonesia yang luas,menurut dia, tidak memungkinkan untuk dijangkau oleh KRI mengingat kekuatannya yang terbatas.
Kapal selam saat diburu oleh Sea Sprite. Helikopter antikapal selam SH-2 Sea Sprite selain dioperasikan RNZN, Equador akan mengakuisisi 2 SH-2G Sea Sprite hasil peremajaan senilai 60 juta dolar. USN telah mempensiunkan armada SH-2 sejak 2001. (Foto: RNZN)
Karena itu,keberadaan tambahan dua unit Maritime Patrol Aircraft (MPA) dan 11 helikopter antikapal selam Sea Sprite itu sangat penting untuk mengisi kekosongan yang tidak terkover kapal-kapal TNI. “Pesawat tentunya memiliki kelebihan di manuver, fleksibilitas, jangkauan yang luas, dan kemampuan deteksinya juga lebih cepat,”tegas Untung di Jakarta,kemarin. Dua unit MPA yang akan menambah kekuatan TNI AL yaitu pesawat CN-235 yang rencana sudah mulai diterima TNI AL pada 2013.
Selain radar deteksi, pesawat ini juga akan dilengkapi dengan kemampuan untuk melakukan penindakan. Adapun untuk helikopter Sea Sprite sejumlah satu skuadron itu,memiliki kemampuan penindakan yang lebih ampuh. Enam dari 11 helikopter dilengkapi dengan senjata antikapal selam, sisanya lima unit merupakan antikapal permukaan. “Rencananya pada 2012 pengadaannya,”ujarnya. Sekretaris Komite Kebijakan Industri Pertahanan Letjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin mengatakan, pengadaan CN-235 untuk MPA TNI AL masuk dalam prioritas alutsista TNI.
Rencananya, biaya pengadaan menggunakan alokasi dari pinjaman luar negeri sebesar USD60 juta,namun pemesanan di PT Dirgantara Indonesia. Sjafrie yang juga wakil menteri pertahanan itu menuturkan, dalam strategi pertahanan Indonesia, saat ini memang sedang dikembangkan penguatan di kawasan Indonesia bagian timur.
Sumber: SINDO
1 Desember 2011, Jakarta (SINDO): Kekuatan alat utama sistem senjata (alutsista) TNI Angkatan Laut akan bertambah menyusul proses pengadaan 11 unit helikopter antikapal selam,antikapal permukaan, serta dua pesawat patroli laut.
Tambahan alutsista itu akan mengisi kelemahan-kelemahan yang dimiliki kapal TNI AL. Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut Laksamana Pertama TNI Untung Suropati mengatakan, keberadaan pesawat sayap tetap maupun sayap putar (helikopter) penting bagi TNI AL, karena mereka merupakan kepanjangan “mata” dan “telinga” dari kapal TNI AL (KRI).Wilayah laut Indonesia yang luas,menurut dia, tidak memungkinkan untuk dijangkau oleh KRI mengingat kekuatannya yang terbatas.
Kapal selam saat diburu oleh Sea Sprite. Helikopter antikapal selam SH-2 Sea Sprite selain dioperasikan RNZN, Equador akan mengakuisisi 2 SH-2G Sea Sprite hasil peremajaan senilai 60 juta dolar. USN telah mempensiunkan armada SH-2 sejak 2001. (Foto: RNZN)
Karena itu,keberadaan tambahan dua unit Maritime Patrol Aircraft (MPA) dan 11 helikopter antikapal selam Sea Sprite itu sangat penting untuk mengisi kekosongan yang tidak terkover kapal-kapal TNI. “Pesawat tentunya memiliki kelebihan di manuver, fleksibilitas, jangkauan yang luas, dan kemampuan deteksinya juga lebih cepat,”tegas Untung di Jakarta,kemarin. Dua unit MPA yang akan menambah kekuatan TNI AL yaitu pesawat CN-235 yang rencana sudah mulai diterima TNI AL pada 2013.
Selain radar deteksi, pesawat ini juga akan dilengkapi dengan kemampuan untuk melakukan penindakan. Adapun untuk helikopter Sea Sprite sejumlah satu skuadron itu,memiliki kemampuan penindakan yang lebih ampuh. Enam dari 11 helikopter dilengkapi dengan senjata antikapal selam, sisanya lima unit merupakan antikapal permukaan. “Rencananya pada 2012 pengadaannya,”ujarnya. Sekretaris Komite Kebijakan Industri Pertahanan Letjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin mengatakan, pengadaan CN-235 untuk MPA TNI AL masuk dalam prioritas alutsista TNI.
Rencananya, biaya pengadaan menggunakan alokasi dari pinjaman luar negeri sebesar USD60 juta,namun pemesanan di PT Dirgantara Indonesia. Sjafrie yang juga wakil menteri pertahanan itu menuturkan, dalam strategi pertahanan Indonesia, saat ini memang sedang dikembangkan penguatan di kawasan Indonesia bagian timur.
Sumber: SINDO
Messerschmitt Bf 110
Messerschmitt Bf 110
Pesawat tempur paling penting kedua yang didesain oleh Willy Messerschmitt, Bf 110 dibuat karena kebutuhan Reichsluftfahrtministerium akan pesawat tempur jarak jauh atau destroyer (Zerstorer) berkapasitas senjata besar pada 1934. Dari konfigurasi monoplane sayap (terpasang) rendah (di bodi pesawat) kantilever, pesawat tempur dua-kursi ini mempunyai bodipesawat bagian-oval, kanopi transparan panjang, ekor pesawat terpasang-tinggi (pada bodi) dengan plat sirip dan kemudi diujungnya, roda pendaratan yang dapat ditarik masuk, dan dua mesin in-line Daimler-Benz DB 600. Ketika purwarupa pesawat ini terbang pertama kali pada 12 Mei 1936, pesawat ini mampu mendemonstrasikan kecepatan memutar/membelok yang sangat memuaskan. Akan tetapi, tes selanjutnya menunjukkan bahwa pesawat ini mungkin akan menghadapi masalah pada saat pertempuran, karena walaupun kecepatannya sangat tinggi, tetapi manuverabilitinya tidaklah cukup baik.
Bf 110A-0 pre-produksi yang bertenaga dua mesin 454.5kW Junkers Jumo 210B, menunjukkan kemunduran performa. Produksi awal Bf 110B mempunyai mesin similar tetapi telah ditingkatkan tenaganya. Hanya sedikit pesawat versi ini yang dibuat sebelum mesin 820kW DB 601A digunakan untuk pesawat yang lebih bertenaga Bf 110C. Sayangnya Luftwaffe tidak mungkin mengevaluasi Bf 110 dalam Perang Sipil Spanyol, dengan hasil bahwa ketika Bf 110C mengawal bomber yang menghancurkan Polandia pada awal PD II, mereka dipercaya telah mendapatkan senjata baru yang sangat berharga. Kepercayaan ini semakin kuat ketika sebelum Natal 1939, Bf 109 dan 110 menghancurkan 12 dari 22 Wellingtons yang melakukan pengintaian di Heligoland Bight.
Bf 110C dan Bf 110D (yang berjarak jangkau lebih) diluncurkan dengan penuh kepercayaan diri melawan Inggris pada musim panas 1940. Akan tetapi sebelum Battle of Britain mencapai puncaknya, sangat terlihat bahwa Bf-110 bukanlah tandingan pesawat tempur kursi-tunggal RAF yang mempunyai manuverabilitas sangat tinggi.
Walaupun kegagalan perannya, Bf 110 telah membuktikan diri sebagai pesawat yang paling berharga dan paling sukses sebagai pesawat tempur-malam sebelum pesawat yang lebih canggih dibuat. Bf 110E bermesin DB 601N dan Bf 110F bermesin DB 601E menjadi inti dari berbagai operasi. Dalam beroperasi pesawat ini dipandu dengan radar Wiirzburg agar posisinya tepat pada malam hari.
Pesawat tempur-malam tiga kursi Bf 110 diikuti dengan produksi Bf 110G bermesin DB 605B yang versi awalnya digunakasn sebagai bomber-tempur. Akan tetapi varian empat-kursi Bf110G-4a, -4b, -4c, dan -4d yang dilengkapi dengan radar yang berbeda digunakan untuk operasi pada malam hari. Produksi akhir dari Bf 110 adalah versi Bf 110H, yang secara umum sama dengan Bf 110G tetapi mempunyai persenjataan yang lebih banyak. Selama awal 1944 hampir 60% dari seluruh angkatan pesawat tempu-malam Jerman terdiri atas varian Bf 110. Total 6.000 pesawat ini telah dibuat sebelum produksi berakhir.
Specifications
Model: Messerschmitt Bf 110G/R3 Zerstorer (Destroyer)
Length: 42.81 ft; 13.05 m
Width: 53.31 ft; 16.25 m
Height: 13.71 ft; 4.18 m
Engine(s): 2 x Daimler-Benz DB 601B-1 inverted V-12 piston engines generating 1,474hp.
Empty Weight: 11,222 lbs; 5,090 kg
MTOW: 21,804 lbs; 9,890 kg
Max Speed: 342 mph; 550 km/h; 297 kts
Max Range: 1,305 miles; 2,100 km
Ceiling: 26,247 ft; 8,000 m; 5.0 miles
Climb Rate: 2,170 ft/min (661m/min)
Hardpoints: 2
Armament: 2 x 30mm cannons in nose; 2 x 20mm cannons in nose; 2 x 7.92mm machine guns in rear cockpit
Crew: 2
Operators; Nazi Germany
MESSERSCHMITT GMBH
MESSERSCHMITT GMBH
Didirikan oleh Willi Messerschmitt di Bamberg pada 1923 dengan nama Messerschmitt Flugzeugbau; menjadi GmbH pada 28 April 1926. Merger dengan Bayerische Flugzeugwerke pada 8 September 1927, tetapi direkonstitusi pada Juni 1931 ketika BFW bangkrut. BFW dibentuk kembali pada 1933 dan di namai kembali dengan Messerschmitt AG pada 11 Juli 1938. Bergabung dengan Bolkow menjadi Messerschmitt Bolkow GmbH pada 1968 dan kemudian dengan Hamburger Flugzeugbau untuk membentuk Messerschmitt-Bolkow- Blohm pada 14 Mei 1969.
Messerschmitt berhasil membuat S-16 powered glider yang terbang pada 1924; Airliner mesin tunggal M-18 tiga penumpang yang dibuat untuk Nordbayerische Verkehrsflug AG dan lainnya pada 1925. Kemudian M-20 dan M-20b untuk Lufthansa pada 1928, serta pesawat yang sangat sukses M-23 pesawat sport dua-kursi pada 1929.
Setelah dinamai ulang pada 1938, Messerschmitt melanjutkan produksinya yaitu pesawat tempur BFW Bf 108 dan Bf 109, serta pesawat tempur jarak jauh mesin ganda Bf 110. Pesawat tempur Me-163 bertenaga roket pertama kali terbang pada 1941, dan Pesawat tempur bermesin jet ganda Me-262 pada 18 Juli 1942. Bf-110 dikembangkan menjadi pesawat tempur-bomber Me-210 pertama kali terbang pada 2 September 1939, dibuat sampai 1944 dan Me-410 yang terbang pertama kali pada akhir 1942. Pesawat angkut tentara/cargo Me 321 Gigant (dengan bentang sayap 54,68 m) diperkenalkan pada 1941; 175 pesawat dibuat bersama dengan 201 pesawat Me 323 bermesin radial Gnome- Rhone.
Setelah perang berakhir, Messerschmitt direkonstitusi menjadi Flugzeug-Union Sud dengan Heinkel pada Agustus 1956, membangun Fouga Magister di bawah lisensi dan menjadi bagian dalam program Fiat G.91, Lockheed F-104G, Transall C.160 dan Bell UH-1D.
Purwarupa pertama terbang dan kemudian mengalami kecelakaan fatal yang menyebabkan pilot Hans Hackmack tewas pada 26 Februari 1928. Purwarupa kedua terbang pada 3 Agustus 1928. 14 Pesawat dibuat untuk Lufthansa, 11 di antaranya hancur baik karena kecelakaan ataupun tertembak musuh.
Specification
MODEL: M 20b
CREW: 2
PASSENGERS: 8-10
ENGINE: 1 x BMW-VI, 500kW
WEIGHTS:
Take-off weight 4800 kg 10582 lb
DIMENSIONS:
Wingspan: 25.5 m; 83 ft 8 in
Length: 15.9 m; 52 ft 2 in
Height: 4.2 m; 13 ft 9 in
Wing area: 65.0 m2; 699.65 sq ft
PERFORMANCE:
Max. speed: 220 km/h; 137 mph
Cruise speed: 180 km/h; 112 mph
Ceiling: 5000 m; 16400 ft
Range w/max.fuel: 1000 km; 621 miles
11 Helikopter Seasprite untuk TNI AL Diproses Pengadaannya
01 Desember 2011
Helikopter SH2G Seasprite buatan Kaman Helicopters AS (photo : Jetphotos)
Heli Antikapal Selam Perkuat TNI AL
JAKARTA – Kekuatan alat utama sistem senjata (alutsista) TNI Angkatan Laut akan bertambah menyusul proses pengadaan 11 unit helikopter antikapal selam, antikapal permukaan, serta dua pesawat patroli laut.
Tambahan alutsista itu akan mengisi kelemahan-kelemahan yang dimiliki kapal TNI AL. Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut Laksamana Pertama TNI Untung Suropati mengatakan, keberadaan pesawat sayap tetap maupun sayap putar (helikopter) penting bagi TNI AL, karena mereka merupakan kepanjangan “mata” dan “telinga” dari kapal TNI AL (KRI). Wilayah laut Indonesia yang luas, menurut dia, tidak memungkinkan untuk dijangkau oleh KRI mengingat kekuatannya yang terbatas.
Karena itu, keberadaan tambahan dua unit maritime patrol aircraft (MPA) dan11 helikopter anti kapal selam Seasprite itu sangat penting untuk mengisi kekosongan yang tidak terkover kapal-kapal TNI. “Pesawat tentunya memiliki kelebihan di manuver, fleksibilitas, jangkauan yang luas, dan kemampuan deteksinya juga lebih cepat,” tegas Untung di Jakarta, kemarin. Dua unit MPA yang akan menambah kekuatan TNI AL yaitu pesawat CN-235 yang rencana sudah mulai diterima TNI AL pada 2013.
Selain radar deteksi, pesawat ini juga akan dilengkapi dengan kemampuan untuk melakukan penindakan. Adapun untuk helikopter Seasprite sejumlah satu skuadron itu, memiliki kemampuan penindakan yang lebih ampuh. Enam dari 11 helikopter dilengkapi dengan senjata antikapal selam, sisanya lima unit merupakan antikapal permukaan. “Rencananya pada 2012 pengadaannya,” ujarnya. Sekretaris Komite Kebijakan Industri Pertahanan Letjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin mengatakan, pengadaan CN-235 untuk MPA TNI AL masuk dalam prioritas alutsista TNI.
Rencananya, biaya pengadaan menggunakan alokasi dari pinjaman luar negeri sebesar USD60 juta, namun pemesanan di PT Dirgantara Indonesia. Sjafrie yang juga wakil menteri pertahanan itu menuturkan, dalam strategi pertahanan Indonesia, saat ini memang sedang dikembangkan penguatan di kawasan Indonesia bagian timur.
UGM Perkenalkan Mini UAV Berdaya Jelajah 200 Kilometer
30 November 2011
Pesawat Udara Tanpa Awak Mini atau Mini UAV dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dengan bobot 7,5 kilogram mampu menjelajah sampai 200 kilometer dengan kecepatan 120 kilometer per jam, bermanfaat untuk pemantauan batas wilayah atau lokasi-lokasi bencana alam. (photo : Kompas)
Pesawat Tanpa Awak UGM Berdaya Jelajah 200 Kilometer
JAKARTA, KOMPAS.com - Untuk memantau batas wilayah atau situasi dan kondisi lokasi bencana alam dengan biaya murah dan efektif, dibutuhkan teknologi pesawat tanpa awak.
Universitas Gadjah Mada (UGM) turut memamerkan hasil risetnya, berupa pesawat udara tanpa awak mini (Mini UAV) pada Forum Riset Industri Indonesia ke-3 2011, Rabu (30/11/2011) di Jakarta.
Pesawat itu memiliki kemampuan jelajah sampai 200 kilometer, dengan lama jelajah sampai 2,5 jam.
Pesawat Mini UAV ini hasil rekayasa dosen Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik UGM, Sutrisno, dan Dosen Teknik Mesin pada Sekolah Vokasi (D-III) Teknik UGM, Setyawan Bekti Wibowo.
"Kita sudah punya banyak produk riset. Masalahnya sekarang adalah industrialisasinya untuk menjadikan sebagai produk massal masih terjadi kendala," kata Rektor UGM, Sudjarwadi, dalam konferensi pers.
"Kita sudah punya banyak produk riset. Masalahnya sekarang adalah industrialisasinya untuk menjadikan sebagai produk massal masih terjadi kendala," kata Rektor UGM, Sudjarwadi, dalam konferensi pers.
Pesawat Mini UAV dirancang dengan panjang bentang sayap 3,25 meter, dan bobot pesawat tanpa beban mencapai 7,5 kilogram.
Penambahan beban seperti kamera dan sensor lainnya, masih memungkinkan maksimal dua kilogram. Kecepatan Mini UAV mencapai 120 kilometer per jam. Pesawat ini berbahan bakar bensin, dengan kapasitas mesin 55 sentimeter kubik.
Tuesday, November 29, 2011
Australia to Study Mid-Life Upgrades for Hawk Aircraft
30 November 2011
RAAF BAE Hawk 127 trainer aircraft (photo : Airliners)
Australia has approved the first phase of its lead-in fighter capability assurance programme AIR 5438, establishing a study into potential mid-life upgrades for the Royal Australian Air Force BAE Hawk 127 trainer aircraft.
"The Government has provided first pass approval for Phase 1A of the Lead-In Fighter Capability Assurance Program," said minister for defence materiel Jason Clare.
"The Government has approved the funding of A$43 million ($42.7 million) for Defence to develop options and conduct risk mitigation activities prior to Government approval at second pass, which is presently scheduled for 2013-14," Clare added.
The total cost of AIR 5438 is estimated at A$100-300 million. Government approval may be given in 2013-14.
According to the AIR 5438 project overview, the programme will provide a mid-life upgrade to the Hawk to meet the training needs that are associated with the current aircraft, such as the Boeing F/A-18 A/B Hornet and F/A-18 F Super Hornet, and the future Lockheed Martin F-35 Lightning II.
"The project will investigate sustainability modifications required to address obsolescence, maintainability and reliability issues, and examine a range of capability enhancement options," the overview showed.
"The precise nature and composition of the ensuing acquisition phase will be determined by the capability definition study to be conducted," it added.
1 Kompi Yonif 712 Berangkat ke Pulau Terluar
29 November 2011, Bitung (Tribun Manado): Hari ini 1 kompi (100 orang) satgas pengamanan (satgaspam) pulau terluar di Provinsi Sulut dari Yonif 712 Wirabuana Manado akan diberangkatkan ke sejumlah pulau-pulau terluar di antaranya Miangas, dan Marore.
Komandan Yonif 712 Wirabuana Letkol Sri Widodo mengatakan mereka akan diberangkatkan dalam upacara pemberangkatan. "Hari ini akan dilaksanakan upacara pemberangkatan di lapangan Pangkalan TNI Angkatan Laut VIII Aertembaga Bitung," kata Widodo kepada Tribun Manado di sela-sela gladi bersih upacara.
Dijelaskannya, pemberangkatan Satgaspam ke pulau terluar sudah menjadi agenda setiap enam bulan. "Setiap enam bulan sekali dikirim pasukan ke sana dan ditarik pasukan yang ada disana, dan di tahun 2011 ini kami sudah siap mengirimkan pasukan," ujarnya.
Dalam upacara hari ini direncanakan yang akan menjadi inspektur upacara ialah Pangdam VII Wirabuana Mayjen TNI M Nizam. "Rencananya pangdam yang akan jadi Irup," tambahnya. Sebelumnya Pandam VII Wirabuana menyempatkan diri bertemu dengan Walikota Bitung Hanny Sodakh, wakil wali kota dan sekdakot di rumah dinas wali kota.
Pangdam datang bersama Danrem 131 Santiago Kolonel Inf. AAB Maliogha, Danrindam VII Wirabuana Kolonel Inf Nurcahyo, Dandim 1310 Bitung Letkol Inf Hardo P. Sitohang, dan Dandodik secata B Letkol Inf Tiur Siahaan. "Bitung merupakan daerah yang penting di kawasan bibir pacific, letaknya strategis dan memiliki potensi yang sangat luar biasa sehingga perlu didukung oleh seluruh komponen yang ada termasuk TNI," kata Nazim.
Sehingga tercipta stabilitas keamanan yang memadai dan menumbuhkan investasi dengan baik sesuai dengan harapan. Terpisah Walikota Bitung Hanny Sondakh menyabut dengan harapan agar kemitraan antara pemerintah kota Bitung dan TNI tetap berjalan secara berkesinambungan untuk mewujudkan kedamaian dan ketentraman masyarakat. "Terima kepada TNI yang terus membantu pemerintah dalam berbagai aspek termasuk pembangunan, seperti pembangnan jalan lingkar lembeh yang melibatkan TNI dan masyarakat membaur membuka akses jalan di daerah kepulauan ini," kata Sondakh.
Sumber: Tribun Manado
Pesawat F-16 Hibah dari AS akan Tiba di Indonesia 2014
29 November 2011
Dengan tambahan 24 pesawat F16, Indonesia akan memiliki tiga skuadron F-16 yang akan di deploy ke seluruh nusantara. (photo : Aus DoD)
Juru Bicara Kementerian Pertahanan Brigjen Hartind Asrin kepada VOA di Jakarta, Senin mengatakan dua lusin pesawat F16 pemberian Amerika Serikat yang telah diperbaharui akan tiba di Indonesia mulai 2014.
Hartind mengatakan pesawat F16 model block 25 ini akan diperbaharui (diremajakan) menjadi block 52, dengan teknologi terbaru dan akan tiba di Indonesia dalam posisi siap pakai.
Dengan tibanya 24 pesawat F16 kata Hartind, Indonesia akan memiliki tiga skuadron yang akan cukup kuat untuk menjaga teritorial udara.
Dengan tibanya 24 pesawat F16 kata Hartind, Indonesia akan memiliki tiga skuadron yang akan cukup kuat untuk menjaga teritorial udara.
Menurutnya Indonesia saat ini masih kekurangan pesawat tempur untuk menjaga kedaulatan terutama di udara.
Ia mengatakan, "Untuk Patroli diudara menjaga kedaulatan NKRI di udara gitu. Jadi akan patroli di daerah-daerah, tentunya di kita kan punya koops-koops (koops 1 sampai IV) yah, jadi dari Jakarta sampai ke Papua sana. Nanti deployment-nya sesuai dengan koops-koops yang ada tergelar itu.
Dengan adanya itu kira-kira kita sudah mencapai ke minimum esensial forcedari kekuatan angkatan udara Indonesia."
Lebih lanjut Hartind menjelaskan peremajaan 24 pesawat F16 milik Amerika itu akan dibiayai oleh Indonesia. Saat ini, kata Hartind, pihaknya masih terus merundingkan harga dengan pihak Amerika Serikat agar biaya peremajaan pesawat F16 tersebut bisa di bawah 760 juta dolar AS.
Proses peremajaan F16 ini, kata Hartind, diperkirakan makan waktu selama tiga tahun. Hartind juga membantah jika pesawat hibah dari Amerika itu adalah barang rongsokan.
Menurutnya, pesawat yang akan dimodernisasi di perusahaan penerbangan Lockheed Martin itu memiliki ketahanan sekitar 20 tahun dengan 4.000 jam terbang.
Ia mengatakan rata-rata penerbang menghabiskan sekitar 150 jam terbang per tahun.
Juru Bicara Kementerian Pertahanan itu menambahkan penerimaan hibah pesawat ini dinilai lebih efektif dan efisien jika dibandingkan dengan membeli pesawat baru.
"Kalau beli baru, kita cuma dapat 6 (pesawat) dengan uang segitu, tetapi kalau kita up grade yang ada sekarang kita dapat 24," ujar Hartind.
Kesepakatan transfer pesawat tempur ini diumumkan oleh Presiden Amerika Barack Obama dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Bali beberapa waktu lalu.
Sementara itu, pengamat pertahanan dari Universitas Indonesia Andi Widjajanto menilai hibah pesawat F16 dari Amerika Serikat itu lebih tepat dibanding pemerintah membeli pesawat tempur baru.
Andi Widjajanto mengatakan, "Karena kalau membeli pesawat baru, berarti kita akan hanya datang Sukhoi 27/30. Berarti nanti seluruh skuadron pesawat tempur baru kita itu Sukhoi. Dan kita akan mengulangi masalah ketergantungan ke (hanya) satu produsen, yang berusaha kita hindari.
Karena berusaha melakukan diversifikasi ini kalau kita merencanakan akan punya 4 skuadron sampai 2014 maka skuadron lainnya tidak bisa Sukhoi harus mencari pesawat tipe lain dan dari pabrikan lain. (Ini) sangat signifikan, terutama untuk memproleh penguasaan dan pengendalian di udara."
Namun Andi Widjajanto juga menambahkan, bahwa pemerintah Indonesia harus transparan terkait hibah pesawat dari Amerika itu.
Ukraina Tawarkan Tank Tempur ke TNI
T-64B (BM Bulat). (Foto: Morozov)
29 November 2011, Jakarta (Tempo): Perusahaan militer Ukraina, Ukrspecexport, menawarkan penjualan `main battle tank` kepada pemerintah Indonesia. Penawaran ini menyusul rencana pemerintah membeli tank-tank tempur utama ini dari Eropa.
Kepala Divisi Penjualan Asia Tenggara Ukrspecexport, Iurii Volovych, menyebutkan jika disetujui mereka siap melakukan transfer teknologi dengan pemerintah Indonesia. "Kami siap bekerjasama dengan BUMN manapun yang ditunjuk pemerintah," ujarnya saat ditemui Tempo di Hotel Aryaduta, Senin, 28 November 2011.
Tank Bulat yang ditawarkan ini merupakan Tank buatan Ukraina yang selama ini memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sedang untuk penjualan luar negeri Tank ini baru ditawarkan pada pemerintah Indonesia. "Kami melihat tank ini sangat cocok untuk kawasan Indonesia yang tropis," ujarnya.
Tank Bulat pertama kali diproduksi tahun 2004. Merupakan pengembangan dari main battle tank varian yang sama. Tank ini memiliki berat 45 ton dengan sistem senjata yang terintegrasi dan dilengkapi " gun-fire control syestem."
Untuk harga, Iurii menyebut untuk tank Bulat yang ditawarkan tidak lebih mahal dibanding Main Battle Tank sejenis. Harga per unit barunya tidak lebih dari US$ 2,5 juta. Sejauh ini, perusahaannya bisa memproduksi banyak tank, tergantung pesanan dari konsumen.
Sedangkan untuk kerjasama dengan Indonesia, perusahaannya siap melakukan kerjasama penjualan dengan sistem alih teknologi. "Penggunaan konten lokal juga dimungkinkan sesuai kemampaun perusahaan pemesan," ujarnya.
Saat ini Kementerian Pertahanan masih merampungkan rencana pembelian alat utama sistem persenjataan (alutsista) bekas dari beberapa negara Eropa. Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menyebutkan rencana pembelian masih dinegosiasikan oleh Angkatan Darat. "Kami sejauh ini belum tahu persis rinciannya karena kan urusannya juga banyak," ujar Purnomo Jumat pekan lalu.
Menurut Purnomo, tim dari AD masih merumuskan harga, jumlah, dan jenis alutsista yang akan dibeli, apakah baru atau bekas pakai. Termasuk menentukan spesifikasi alutsista yang akan dibeli. "Yang baru diputuskan itu membeli main battle tank dan itu tank berat," lanjut Purnomo. Namun, sejauh ini, pemerintah merencanakan pembelian tank Leopard bekas buatan Jerman.
Sumber: Tempo
29 November 2011, Jakarta (Tempo): Perusahaan militer Ukraina, Ukrspecexport, menawarkan penjualan `main battle tank` kepada pemerintah Indonesia. Penawaran ini menyusul rencana pemerintah membeli tank-tank tempur utama ini dari Eropa.
Kepala Divisi Penjualan Asia Tenggara Ukrspecexport, Iurii Volovych, menyebutkan jika disetujui mereka siap melakukan transfer teknologi dengan pemerintah Indonesia. "Kami siap bekerjasama dengan BUMN manapun yang ditunjuk pemerintah," ujarnya saat ditemui Tempo di Hotel Aryaduta, Senin, 28 November 2011.
Tank Bulat yang ditawarkan ini merupakan Tank buatan Ukraina yang selama ini memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sedang untuk penjualan luar negeri Tank ini baru ditawarkan pada pemerintah Indonesia. "Kami melihat tank ini sangat cocok untuk kawasan Indonesia yang tropis," ujarnya.
Tank Bulat pertama kali diproduksi tahun 2004. Merupakan pengembangan dari main battle tank varian yang sama. Tank ini memiliki berat 45 ton dengan sistem senjata yang terintegrasi dan dilengkapi " gun-fire control syestem."
Untuk harga, Iurii menyebut untuk tank Bulat yang ditawarkan tidak lebih mahal dibanding Main Battle Tank sejenis. Harga per unit barunya tidak lebih dari US$ 2,5 juta. Sejauh ini, perusahaannya bisa memproduksi banyak tank, tergantung pesanan dari konsumen.
Sedangkan untuk kerjasama dengan Indonesia, perusahaannya siap melakukan kerjasama penjualan dengan sistem alih teknologi. "Penggunaan konten lokal juga dimungkinkan sesuai kemampaun perusahaan pemesan," ujarnya.
Saat ini Kementerian Pertahanan masih merampungkan rencana pembelian alat utama sistem persenjataan (alutsista) bekas dari beberapa negara Eropa. Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menyebutkan rencana pembelian masih dinegosiasikan oleh Angkatan Darat. "Kami sejauh ini belum tahu persis rinciannya karena kan urusannya juga banyak," ujar Purnomo Jumat pekan lalu.
Menurut Purnomo, tim dari AD masih merumuskan harga, jumlah, dan jenis alutsista yang akan dibeli, apakah baru atau bekas pakai. Termasuk menentukan spesifikasi alutsista yang akan dibeli. "Yang baru diputuskan itu membeli main battle tank dan itu tank berat," lanjut Purnomo. Namun, sejauh ini, pemerintah merencanakan pembelian tank Leopard bekas buatan Jerman.
Sumber: Tempo
Monday, November 28, 2011
Eksesais Tingkatkan Kekuatan TDM, TDDB
29 November 2011
Latihan penembakan dengan mortir (photo : Mertak)
KOTA BELUD - Seramai 397 pegawai dan anggota Tentera Darat Malaysia (TDM) bersama 140 anggota pasukan Tentera Darat Diraja Brunei (TDDB) menyertai Eksesais Mertak Bersatu Siri 9 di Lapang Sasar Kota Belud selama sembilan hari yang akan berakhir esok.
Panglima TDM, Jeneral Datuk Zulkifli Zainal Abidin berkata, eksesais yang diadakan setiap dua tahun sekali itu memberi impak positif kepada kekuatan dan kerjasama ketenteraan antara kedua-dua negara.
"Tujuan eksesais ini adalah melatih dan memahirkan anggota tentera kedua-dua negara dalam perancangan dan pelaksanaan tembakan bersama.
"Latihan seperti ini juga dapat mengeratkan silaturahim antara tentera dengan tentera, pegawai dengan pegawai demi manfaat bersama," katanya pada sidang akhbar selepas majlis penutup eksesais tersebut hari ini.
Turut hadir, Panglima TDDB, Brigedier Jeneral Datuk Seri Pahlawan Yussof Abd. Rahman; Panglima Divisyen Pertama Infantri Malaysia, Mejar Jeneral Datuk Mohd. Zaki Mokhtar dan Panglima 5 Briged, Datuk Abdul Halim Jalal.
Menurutnya, eksesais itu melibatkan latihan menembak mortar yang disertai platun mortar dari Batalion Infantri 1 Divisyen dan platun mortar dari Batalion TDDB.
"Eksesais ini berkonsepkan latihan medan dengan platun mortar kedua-dua tentera darat digabungkan untuk melaksanakan misi tembakan bantuan berdasarkan rancangan bantuan tembakan semasa operasi ofensif dan defensif dalam senario peperangan konvensional," katanya.
Sementara itu, Zulkifli berkata, pihaknya akan terus meningkatkan pengisian program tersebut bagi memberi nilai terbaik kepada setiap peserta pada masa akan datang.
Yussof dalam pada itu berkata, eksesais berkenaan amat bererti kerana memberi peluang dan ruang kerjasama yang lebih erat antara kedua-dua buah negara dalam pelbagai aspek.
"Bagi pihak kerajaan Brunei, saya mengucapkan terima kasih kepada kerajaan Malaysia khususnya TDM yang memberi peluang kepada TTDB membina semangat perjuangan antara kedua-dua angkatan tentera," katanya.
(Utusan)
Latihan penembakan dengan mortir (photo : Mertak)
KOTA BELUD - Seramai 397 pegawai dan anggota Tentera Darat Malaysia (TDM) bersama 140 anggota pasukan Tentera Darat Diraja Brunei (TDDB) menyertai Eksesais Mertak Bersatu Siri 9 di Lapang Sasar Kota Belud selama sembilan hari yang akan berakhir esok.
Panglima TDM, Jeneral Datuk Zulkifli Zainal Abidin berkata, eksesais yang diadakan setiap dua tahun sekali itu memberi impak positif kepada kekuatan dan kerjasama ketenteraan antara kedua-dua negara.
"Tujuan eksesais ini adalah melatih dan memahirkan anggota tentera kedua-dua negara dalam perancangan dan pelaksanaan tembakan bersama.
"Latihan seperti ini juga dapat mengeratkan silaturahim antara tentera dengan tentera, pegawai dengan pegawai demi manfaat bersama," katanya pada sidang akhbar selepas majlis penutup eksesais tersebut hari ini.
Turut hadir, Panglima TDDB, Brigedier Jeneral Datuk Seri Pahlawan Yussof Abd. Rahman; Panglima Divisyen Pertama Infantri Malaysia, Mejar Jeneral Datuk Mohd. Zaki Mokhtar dan Panglima 5 Briged, Datuk Abdul Halim Jalal.
Sebanyak 138 anggota TDBB terlibat didalam Eksesais Mertak Bersatu dimana 106 anggota adalah anggota Tentera Darat Diraja Brunei dan 32 anggota daripada Tentera Udara Diraja Brunei. (photo : Mindef)
Menurutnya, eksesais itu melibatkan latihan menembak mortar yang disertai platun mortar dari Batalion Infantri 1 Divisyen dan platun mortar dari Batalion TDDB.
"Eksesais ini berkonsepkan latihan medan dengan platun mortar kedua-dua tentera darat digabungkan untuk melaksanakan misi tembakan bantuan berdasarkan rancangan bantuan tembakan semasa operasi ofensif dan defensif dalam senario peperangan konvensional," katanya.
Sementara itu, Zulkifli berkata, pihaknya akan terus meningkatkan pengisian program tersebut bagi memberi nilai terbaik kepada setiap peserta pada masa akan datang.
Yussof dalam pada itu berkata, eksesais berkenaan amat bererti kerana memberi peluang dan ruang kerjasama yang lebih erat antara kedua-dua buah negara dalam pelbagai aspek.
"Bagi pihak kerajaan Brunei, saya mengucapkan terima kasih kepada kerajaan Malaysia khususnya TDM yang memberi peluang kepada TTDB membina semangat perjuangan antara kedua-dua angkatan tentera," katanya.
(Utusan)
Three More Projects Approved
29 November 2011
Battlespace Communication System concept (all images : AustralianSpace)
Minister for Defence Stephen Smith and Minister for Defence Materiel Jason Clare today announced that the Government has given approval for three major Defence capability projects.
This brings to 35 the number of first pass, second pass and other approvals for major projects in 2011, worth a total of around $6 billion.
The three projects are:
Combined pass approval for improved Battlespace Communications Systems, including purchase of around 11,000 new digital radios for ground forces (Project JOINT 2072 Phase 2A);
First pass approval for the lead-in fighter capability assurance program which will provide enhanced training systems to provide Air Force pilots with the capabilities they need to allow training for current and future combat aircraft (Project AIR 5438 Phase 1A); and
First pass approval for a new fixed-site Air Traffic Management and Control System which will replace existing radars and command and control systems which are reaching their life of type (Project AIR 5431 Phases 2 and 3).
These combined approvals are estimated to involve expenditure of around $500 million and when complete the projects are likely to represent a commitment to Australia’s national security by Government of up to $1.2 billion.
Battlespace Communications
The Government has provided combined first and second pass approval for Phase 2A of the Battlespace Communications System (Land) project and approved funding of around $450 million.
JOINT Project 2072 is a multi-phased project to provide an enhanced digital communications capability for the Australian Defence Force, primarily for the Army.
Phase 2A will deliver around 11,000 digital combat net radios that will replace existing analogue equipment and builds on approvals that Government provided for Phase 1 of the project in 2009.
The Phase 1 contractor, Harris Corporation, will be engaged for the provision of Phase 2A radios.
Lead-in-Fighter
The Government has provided first pass approval for Phase 1A of the Lead-In Fighter Capability Assurance Program (Project AIR 5438).
This project will upgrade Air Force’s capability to produce aircrew with the necessary skills to operate current RAAF combat aircraft, like the F/A-18 Classic and Super Hornet fleets as well as the future combat aircraft, the F-35 Joint Strike Fighter (JSF).
The Government has approved funding of $43 million for Defence to develop options and conduct risk mitigation activities prior to Government approval at second pass, presently scheduled for 2013-14.
The total cost of Project AIR 5438 is identified in the Public Defence Capability Plan as being between $100 and $300 million.
Air Traffic Management and Control System
The Government has provided first pass approval for Phases 2 and 3 of the Air Traffic Management and Control Systems project.
This project will deliver replacement surveillance radars, and tower and approach automation systems for the current systems which are approaching the end of their life of type.
A key feature of the project will be to enhance interoperability between military and civil air traffic management systems, as announced in the 2009 ‘National Aviation Policy White Paper – Flight Path to the Future’.
The Government has approved funding of $6.9 million for capability development activities, prior to second pass, which is scheduled for 2013-2014. The total cost of Project AIR 5431 Phase 2/3 is identified in the Public Defence Capability Plan as being between $300 to $500 million.
Ukraina Tawarkan Tank Tempur ke TNI
29 November 2011
MBT Bulat adalah versi upgrade dari T-64B MBT, mempunyai berat 45 ton, dengan kanon smoothbore 125mm (photo : Morozov)
TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan militer Ukraina, Ukrspecexport, menawarkan penjualan `main battle tank` kepada pemerintah Indonesia. Penawaran ini menyusul rencana pemerintah membeli tank-tank tempur utama ini dari Eropa.
Kepala Divisi Penjualan Asia Tenggara Ukrspecexport, Iurii Volovych, menyebutkan jika disetujui mereka siap melakukan transfer teknologi dengan pemerintah Indonesia. "Kami siap bekerjasama dengan BUMN manapun yang ditunjuk pemerintah," ujarnya saat ditemui Tempo di Hotel Aryaduta, Senin, 28 November 2011.
Tank Bulat yang ditawarkan ini merupakan Tank buatan Ukraina yang selama ini memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sedang untuk penjualan luar negeri Tank ini baru ditawarkan pada pemerintah Indonesia. "Kami melihat tank ini sangat cocok untuk kawasan Indonesia yang tropis," ujarnya.
Tank Bulat pertama kali diproduksi tahun 2004. Merupakan pengembangan dari main battle tank varian yang sama. Tank ini memiliki berat 45 ton dengan sistem senjata yang terintegrasi dan dilengkapi " gun-fire control syestem."
Untuk harga, Iurii menyebut untuk tank Bulat yang ditawarkan tidak lebih mahal dibanding Main Battle Tank sejenis. Harga per unit barunya tidak lebih dari US$ 2,5 juta. Sejauh ini, perusahaannya bisa memproduksi banyak tank, tergantung pesanan dari konsumen.
Sedangkan untuk kerjasama dengan Indonesia, perusahaannya siap melakukan kerjasama penjualan dengan sistem alih teknologi. "Penggunaan konten lokal juga dimungkinkan sesuai kemampaun perusahaan pemesan," ujarnya.
Saat ini Kementerian Pertahanan masih merampungkan rencana pembelian alat utama sistem persenjataan (alutsista) bekas dari beberapa negara Eropa. Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menyebutkan rencana pembelian masih dinegosiasikan oleh Angkatan Darat. "Kami sejauh ini belum tahu persis rinciannya karena kan urusannya juga banyak," ujar Purnomo Jumat pekan lalu.
Menurut Purnomo, tim dari AD masih merumuskan harga, jumlah, dan jenis alutsista yang akan dibeli, apakah baru atau bekas pakai. Termasuk menentukan spesifikasi alutsista yang akan dibeli. "Yang baru diputuskan itu membeli main battle tank dan itu tank berat," lanjut Purnomo. Namun, sejauh ini, pemerintah merencanakan pembelian tank Leopard bekas buatn Jerman.
Sunday, November 27, 2011
AL Iran Diperkuat Tiga Kapal Selam Buatan Dalam Negeri
28 November 2011, Tehran (Berita HanKam): Angkatan Laut Iran menerima tiga kapal selam kelas Ghadir, Sabtu (26/11) diumumkan KASAL Iran Laksamana Muda Habibollah Sayyari saat jumpa press di Tehran.
Sayyari menegaskan seluruh bagian kapal selam dirancang dan dibuat oleh para ahli Iran.
“Seluruh bagian dari kapal selam-kapal selam tersebut, termasuk badan kapal dan perangkat radarnya serta sistem pertahanan, telah dirancang dan dibangun oleh para ahli pertahanan Iran dengan dibantu oleh Kementrian Pertahanan,” ucap Sayyari.
Kapal selam kelas Ghadir rancangannya kondisi geografis dan iklim serta spesifikasi perairan Iran, menurut ahli militer.
Pada Agustus lalu, Iran meluncurkan empat kapal selam ringan kelas Ghadir, dibuat oleh Industri Maritim milik Kementerian Pertahanan, peresmian pengoperasian kapal selam oleh AL Iran dihadiri Menteri Pertahanan Brigadir Jenderan Ahmad Vahidi dan KASAL Laksamana Muda Sayyari.
Sumber: FNA
Indonesia Mulai Pilah-Pilah Alutsista dari Luar Negeri
Leopard milik AD Singapura. (Foto: Mindef)
26 November 2011, Jakarta (PelitaOnline): Kementerian Pertahanan RI memastikan tetap melakukan pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista). Di antara langkah yang dilakukan Kemhan adalah mengadakan Sidang Pleno Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP), yang digelar di Kantor Kemhan, Jumat (25/11).
Saat konferensi pers usai sidang, Ketua KKIP yang juga Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan saat ini pihaknya memang merencanakan pembelian. Namun, ia mengaku tak hanya akan membeli alutsista yang baru.
"Pembelian alutsista ada yang baru. Ada yang sudah dipakai, tapi bagus. Sekarang sedang dipilah-pilah," kata Purnomo.
Menurut Purnomo, salah satu alutsista yang kini dibidik pemerintah, selain tank Leopard milik Angkatan Darat Jerman juga helikopter Apache. Kendati begitu pihaknya masih mempertimbangkan kembali pembeliannya.
Alutsista yang akan dibeli, jelas dia, tidak asal-asalan. Ia harus memiliki masa pakai minimal 20 tahun setelah di-upgrade. Negara-negara yang akan dijajaki dalam pembelian alutsista ini adalah Prancis, Belanda, Jerman, Italia, dan Spanyol. Negara-negara Eropa ini belakangan tengah mengurangi anggaran militernya, sehingga mereka berencana melepas sebagian peralatan tempur yang canggih sekalipun.
Sumber: PelitaOnline
26 November 2011, Jakarta (PelitaOnline): Kementerian Pertahanan RI memastikan tetap melakukan pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista). Di antara langkah yang dilakukan Kemhan adalah mengadakan Sidang Pleno Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP), yang digelar di Kantor Kemhan, Jumat (25/11).
Saat konferensi pers usai sidang, Ketua KKIP yang juga Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan saat ini pihaknya memang merencanakan pembelian. Namun, ia mengaku tak hanya akan membeli alutsista yang baru.
"Pembelian alutsista ada yang baru. Ada yang sudah dipakai, tapi bagus. Sekarang sedang dipilah-pilah," kata Purnomo.
Menurut Purnomo, salah satu alutsista yang kini dibidik pemerintah, selain tank Leopard milik Angkatan Darat Jerman juga helikopter Apache. Kendati begitu pihaknya masih mempertimbangkan kembali pembeliannya.
Alutsista yang akan dibeli, jelas dia, tidak asal-asalan. Ia harus memiliki masa pakai minimal 20 tahun setelah di-upgrade. Negara-negara yang akan dijajaki dalam pembelian alutsista ini adalah Prancis, Belanda, Jerman, Italia, dan Spanyol. Negara-negara Eropa ini belakangan tengah mengurangi anggaran militernya, sehingga mereka berencana melepas sebagian peralatan tempur yang canggih sekalipun.
Sumber: PelitaOnline
KKIP Dorong Industri Pertahanan Penuhi Kebutuhan TNI
Meriam produksi PT. PINDAD. (Foto: Berita HanKam)
25 November 2011, Jakarta (Jurnas.com): Komite Kebijakan Industri Pertahanan kembali menggelar sidang pleno. Sidang pleno keempat untuk memperkuat industri pertahanan (Indhan) agar dapat memenuhi kebutuhan TNI. Agenda yang dibahas dalam sidang ini adalah penetapan kriteria industri pertahanan, kebijakan dasar pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) dan alat material khusus (almatsus), verifikasi kemampuan industri pertahanan.
Revitalisasi manajemen industri pertahanan BUMNIP, penunjukan langsung proses pengadaan kepada BUMNIP, permintaan program offset dari Kementerian Pertahanan Malaysia untuk pembelian panser Anoa 6x6 APC produk PT Pindad, informasi tentang industri pertahanan, serta progres RUU Industri Pertahanan.
“Ini semua kita amanatkan kepada Pokja untuk diselesaikan, tim asistensi yang dipimpin oleh Sekretaris KKIP Wamenhan untuk menyelesaikan tiga agenda yaitu poin 1-3,” kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro di Kementerian Pertahanan Jakarta, Jumat (25/11). Untuk revitalisasi manajemen industri pertahanan BUMNIP, dilaksanakan oleh Meneg BUMN. “Tapi kami akan mendukung agar penyehatan dan kemampuan BUMNIP terjadi lebih cepat,” tambahnya.
KKIP juga membahas percepatan pengadaan barang dan jasa alutsista, terutama dari BUMNIP. Hal ini, kata Menhan, merupakan penjabaran perpres yang mengamanatkan penunjukan langsung pengadaan alutsista.
Pengadaan alutsista ini juga diupayakan dengan program offset, agar local content bisa didapatkan sehingga menambah nilai tambah bagi industri pertahanan. “Kami persiapkan program offset, seberapa besar nilai offset atau local content yang kita lakukan agar di satu sisi industri bisa berkembang dan masuk pasar luar negeri. Tetapi di sisi lain kita menerima adanya persyaratan offset tersebut,” tutur Menhan.
Selain itu, pengadaan alutsista juga dilakukan dengan program trade off, sehingga selain membeli alutsista dari luar negeri, Indonesia bisa melakukan penjualan. Hal ini, jelas Menhan, dilakukan agar kemampuan industri pertahanan Indonesia dapat terus meningkat. “Kami maksimalkan kemampuan industri pertahanan dalam negeri dengan meningkatkan ToT (transfer of technology),” imbuhnya.
Inilah Industri Pertahanan yang Ingin Dikuasai Indonesia
Indonesia rupanya terus menaikkan targetnya dalam mengembangkan industri pertahanan di Indonesia. Hal ini terlihat pada saat pertemuan Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) yang digelar di Kantor Kementerian Pertahanan, Jumat (25/11).
Dalam hasil pertemuan itu, setidaknya terdapat lima kemampuan yang ingin dikuasai Indonesia. Pertama, industri kendaraan tempur (Ranpur/ armor vehicle) dan kendaraan taktis (Rantis/ tactical vehicle).
"Kedua, industri kapal perang atas air (combat vessel) dan bawah air (submarine) serta kapal-kapal pendukungnya (support vessel)," kata Ketua KKIP yang juga Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro.
Ketiga, industri pesawat militer angkut ringan dan sedang (light dan medium military air transport, fix wing and rotary wing) serta pesawat tempur (fighter). Keempat, industri senjata ringan dan berat untuk perorangan dan kelompok/ satuan (pistol, assault riffle, caraben, SMR, SMB, mortir, AGL, RPG) sampai dengan meriam dan munisinya (MKK dan MKB), roket/MLRS, torpedo, serta peluru kendali.
Sedangkan kelima adalah industri peralatan netword centric operation system, mulai alat komunikasi radio, sistem kendali/ kontrol, komputasi, dan komando untuk penembakan senjata, radar dan thermal optic untuk pencari/deteksi dan penjajak sasaran walau dengan kemampuan industri yang relatif masih terbatas.
KKIP sendiri dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden No. 42 Tahun 2010 dalam rangka memantapkan fondasi industri pertahanan nasional dalam rangka revitalisasi industri pertahanan. Tugas komite ini antara lain merumuskan kebijakan yang terdiri dari penelitian, pengembangan, dan peningkatan sumber daya manusia, mengkoordinasikan kerjasama luar negeri, dan memantau serta mengevaluasi kebijakan industri pertahanan.
Sumber: Jurnas/PelitaOnline
25 November 2011, Jakarta (Jurnas.com): Komite Kebijakan Industri Pertahanan kembali menggelar sidang pleno. Sidang pleno keempat untuk memperkuat industri pertahanan (Indhan) agar dapat memenuhi kebutuhan TNI. Agenda yang dibahas dalam sidang ini adalah penetapan kriteria industri pertahanan, kebijakan dasar pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) dan alat material khusus (almatsus), verifikasi kemampuan industri pertahanan.
Revitalisasi manajemen industri pertahanan BUMNIP, penunjukan langsung proses pengadaan kepada BUMNIP, permintaan program offset dari Kementerian Pertahanan Malaysia untuk pembelian panser Anoa 6x6 APC produk PT Pindad, informasi tentang industri pertahanan, serta progres RUU Industri Pertahanan.
“Ini semua kita amanatkan kepada Pokja untuk diselesaikan, tim asistensi yang dipimpin oleh Sekretaris KKIP Wamenhan untuk menyelesaikan tiga agenda yaitu poin 1-3,” kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro di Kementerian Pertahanan Jakarta, Jumat (25/11). Untuk revitalisasi manajemen industri pertahanan BUMNIP, dilaksanakan oleh Meneg BUMN. “Tapi kami akan mendukung agar penyehatan dan kemampuan BUMNIP terjadi lebih cepat,” tambahnya.
KKIP juga membahas percepatan pengadaan barang dan jasa alutsista, terutama dari BUMNIP. Hal ini, kata Menhan, merupakan penjabaran perpres yang mengamanatkan penunjukan langsung pengadaan alutsista.
Pengadaan alutsista ini juga diupayakan dengan program offset, agar local content bisa didapatkan sehingga menambah nilai tambah bagi industri pertahanan. “Kami persiapkan program offset, seberapa besar nilai offset atau local content yang kita lakukan agar di satu sisi industri bisa berkembang dan masuk pasar luar negeri. Tetapi di sisi lain kita menerima adanya persyaratan offset tersebut,” tutur Menhan.
Selain itu, pengadaan alutsista juga dilakukan dengan program trade off, sehingga selain membeli alutsista dari luar negeri, Indonesia bisa melakukan penjualan. Hal ini, jelas Menhan, dilakukan agar kemampuan industri pertahanan Indonesia dapat terus meningkat. “Kami maksimalkan kemampuan industri pertahanan dalam negeri dengan meningkatkan ToT (transfer of technology),” imbuhnya.
Inilah Industri Pertahanan yang Ingin Dikuasai Indonesia
Indonesia rupanya terus menaikkan targetnya dalam mengembangkan industri pertahanan di Indonesia. Hal ini terlihat pada saat pertemuan Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) yang digelar di Kantor Kementerian Pertahanan, Jumat (25/11).
Dalam hasil pertemuan itu, setidaknya terdapat lima kemampuan yang ingin dikuasai Indonesia. Pertama, industri kendaraan tempur (Ranpur/ armor vehicle) dan kendaraan taktis (Rantis/ tactical vehicle).
"Kedua, industri kapal perang atas air (combat vessel) dan bawah air (submarine) serta kapal-kapal pendukungnya (support vessel)," kata Ketua KKIP yang juga Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro.
Ketiga, industri pesawat militer angkut ringan dan sedang (light dan medium military air transport, fix wing and rotary wing) serta pesawat tempur (fighter). Keempat, industri senjata ringan dan berat untuk perorangan dan kelompok/ satuan (pistol, assault riffle, caraben, SMR, SMB, mortir, AGL, RPG) sampai dengan meriam dan munisinya (MKK dan MKB), roket/MLRS, torpedo, serta peluru kendali.
Sedangkan kelima adalah industri peralatan netword centric operation system, mulai alat komunikasi radio, sistem kendali/ kontrol, komputasi, dan komando untuk penembakan senjata, radar dan thermal optic untuk pencari/deteksi dan penjajak sasaran walau dengan kemampuan industri yang relatif masih terbatas.
KKIP sendiri dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden No. 42 Tahun 2010 dalam rangka memantapkan fondasi industri pertahanan nasional dalam rangka revitalisasi industri pertahanan. Tugas komite ini antara lain merumuskan kebijakan yang terdiri dari penelitian, pengembangan, dan peningkatan sumber daya manusia, mengkoordinasikan kerjasama luar negeri, dan memantau serta mengevaluasi kebijakan industri pertahanan.
Sumber: Jurnas/PelitaOnline
New Cutting Edge Missile Defence System for ANZAC Ships
28 November 2011
All eight of the Royal Australian Navy’s Anzac Class frigates will be upgraded with an advanced Anti-Ship Missile Defence system, total cost is $650 million, including the funds already spent upgrading HMAS Perth. (all photos : Aus DoD)
Minister for Defence Stephen Smith and Minister for Defence Materiel Jason Clare today announced that the Government has approved the upgrade of all eight of the Royal Australian Navy’s Anzac Class frigates with an advanced Anti-Ship Missile Defence system.
The total project cost is in excess of $650 million, including the funds already spent upgrading HMAS Perth.
The ANZAC Class Anti-Ship Missile Defence (ASMD) project has also been removed from the Projects of Concern list.
The 2009 Defence White Paper outlined the Government’s intent to put all of the ANZAC Class ships through an ASMD upgrade program, subject to the successful outcome of at-sea trials on the first ship.
The upgrade of HMAS Perth as the lead ship for the ASMD program was successfully completed earlier this year.
Following exhaustive testing, including in theUnited States, the Chief of Navy agreed to the operational release of the system in July 2011.
Government has now approved the installation of the system on the remaining seven ships of the ANZAC class by 2017.
Minister Smith said this was the latest weapon in Navy’s arsenal and meant the Navy’s ANZAC frigates would be a lot more capable.
At the moment our ANZAC frigates can track and destroy one target at a time.
The new system is able to identify, track and guide missiles to multiple targets at the same time.
Minister Clare said the project was a great Australian success story – cutting edge technology developed right here inAustraliaby CEA Technologies.
The remaining upgrade installation and integration work will be undertaken by the ANZAC Ship Integrated Materiel Support Program Alliance, comprising SAAB Systems, BAE Systems and the Defence Materiel Organisation.
Minister Clare said that the ASMD upgrade program is a good demonstration of how the Projects of Concern process can effectively manage difficult projects and deliver successful national security outcomes for Australia.
All eight of the Royal Australian Navy’s Anzac Class frigates will be upgraded with an advanced Anti-Ship Missile Defence system, total cost is $650 million, including the funds already spent upgrading HMAS Perth. (all photos : Aus DoD)
Minister for Defence Stephen Smith and Minister for Defence Materiel Jason Clare today announced that the Government has approved the upgrade of all eight of the Royal Australian Navy’s Anzac Class frigates with an advanced Anti-Ship Missile Defence system.
The total project cost is in excess of $650 million, including the funds already spent upgrading HMAS Perth.
The ANZAC Class Anti-Ship Missile Defence (ASMD) project has also been removed from the Projects of Concern list.
The 2009 Defence White Paper outlined the Government’s intent to put all of the ANZAC Class ships through an ASMD upgrade program, subject to the successful outcome of at-sea trials on the first ship.
The upgrade of HMAS Perth as the lead ship for the ASMD program was successfully completed earlier this year.
Following exhaustive testing, including in theUnited States, the Chief of Navy agreed to the operational release of the system in July 2011.
Government has now approved the installation of the system on the remaining seven ships of the ANZAC class by 2017.
Minister Smith said this was the latest weapon in Navy’s arsenal and meant the Navy’s ANZAC frigates would be a lot more capable.
At the moment our ANZAC frigates can track and destroy one target at a time.
The new system is able to identify, track and guide missiles to multiple targets at the same time.
Minister Clare said the project was a great Australian success story – cutting edge technology developed right here inAustraliaby CEA Technologies.
The remaining upgrade installation and integration work will be undertaken by the ANZAC Ship Integrated Materiel Support Program Alliance, comprising SAAB Systems, BAE Systems and the Defence Materiel Organisation.
Minister Clare said that the ASMD upgrade program is a good demonstration of how the Projects of Concern process can effectively manage difficult projects and deliver successful national security outcomes for Australia.
(Aus DoD)
Inilah Industri Pertahanan yang Ingin Dikuasai Indonesia
28 November 2011
Tactical Vehicle/Rantis Garda 4x4 (image : AIU)
Jakarta, PelitaOnline - Indonesia rupanya terus menaikkan targetnya dalam mengembangkan industri pertahanan di Indonesia. Hal ini terlihat pada saat pertemuan Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) yang digelar di Kantor Kementerian Pertahanan, Jumat (25/11).
Dalam hasil pertemuan itu, setidaknya terdapat lima kemampuan yang ingin dikuasai Indonesia.
Pertama, industri kendaraan tempur (Ranpur/ armor vehicle) dan kendaraan taktis (Rantis/ tactical vehicle).
"Kedua, industri kapal perang atas air (combat vessel) dan bawah air (submarine) serta kapal-kapal pendukungnya (support vessel)," kata Ketua KKIP yang juga Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro.
Ketiga, industri pesawat militer angkut ringan dan sedang (light dan medium military air transport, fix wing and rotary wing) serta pesawat tempur (fighter).
Keempat, industri senjata ringan dan berat untuk perorangan dan kelompok/ satuan (pistol, assault riffle, caraben, SMR, SMB, mortir, AGL, RPG) sampai dengan meriam dan munisinya (MKK dan MKB), roket/MLRS, torpedo, serta peluru kendali.
Sedangkan kelima adalah industri peralatan network centric operation system, mulai alat komunikasi radio, sistem kendali/ kontrol, komputasi, dan komando untuk penembakan senjata, radar dan thermal optic untuk pencari/deteksi dan penjajak sasaran walau dengan kemampuan industri yang relatif masih terbatas.
KKIP sendiri dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden No. 42 Tahun 2010 dalam rangka memantapkan fondasi industri pertahanan nasional dalam rangka revitalisasi industri pertahanan. Tugas komite ini antara lain merumuskan kebijakan yang terdiri dari penelitian, pengembangan, dan peningkatan sumber daya manusia, mengkoordinasikan kerjasama luar negeri, dan memantau serta mengevaluasi kebijakan industri pertahanan.
EMT to Make Drones in Malaysia
28 November 2011
Aladin mini UAV (photo : Defense Industry Daily)
GERMAN aviation firm EMT plans to manufacture Unmanned Aerial Vehicles (UAVs) or drones in Malaysia by June next year via a local partner.
EMT has roped in Drei Sohne Technologies (Deutschland) Sdn Bhd (DST) as its sole Asian region sales and marketing representative.
"We are planning to send the first of a 15-member technical team to Germany for training soon," DST managing director Azmi Mustapha said.
"The principal team from EMT will also be coming here later to assist us," Azmi added.
DST was established in Kuala Lumpur on December 20 last year.
DST was established in Kuala Lumpur on December 20 last year.
It deals in the sales, servicing and marketing of EMT UAV systems for reconnaissance and surveillance purposes such as military operations, border control, search and rescue, disaster management and specialised missions.
Established in 1978, EMT has over 30 years of experience in the UAV systems industry. This ranges from research and development, manufacturing and continuous system improvements using the latest and state-of-the-art German technologies, to real reconnaissance and surveillance missions in the combat fields of Afghanistan, Macedonia, Kosovo and Pakistan in extremely harsh environments.
EMT's growing family of drones covers the range of micro drones, mini drones and larger tactical drones.
DST is identifying a suitable location for the plantwith an initial investment of RM5 million, said Azmi, who has been living and doing business in Germany for 20 years.
He currently jets between Germany and Malaysia, besides visiting other Asian countries as sole distributor of EMT.
Fancopter UAV (photo : EMT)
"I choose Malaysia as I want the country to be the first to be exposed with this technology that is now being used all around the world.
" It gives me satisfaction to put the country on the world map as one of the manufacturers of drones for the global market," he said.
DST plans to manufacture FANCOPTER, a micro aerial reconnaissance and surveillance system, and ALADIN, a mini aerial reconnaissance system, here.
"We have also received the nod from EMT for the maintenance, repair and overhaul of their drones," Azmi said.
He said the drones can be used in a variety of situations. They are not only useful for surveillance and piracy control, but also in the event of natural disasters.
"Imagine that you are facing a natural disaster such as flood or landslide. Instead of sending people over there to check out the situation, you can use drones to obtain all the data needed for further action.
"This will cut the time, cost and, at the same time, ensure the safety of rescue workers," he said.
DST had on April 26 this year done an EMT UAV presentation to the Ministry of Defence. In July, it did a presentation at the Brunei International Defence Exhibition.
Next month, DST will participate in11th edition of the Langkawi International Maritime and Aerospace Exhibition that will run from December 6 to December 10.
Saturday, November 26, 2011
Handover of the Ocean Surveillance Ship
26 November 2011
Ocean surveillance ship named HSV-6613 Giáo Su Vien sĩ Tran Đai Nghĩa (all photos : QDND, ttvnol)
QĐND Online - in Danang, Song Thu Co. Ltd. (a member of the General Department of Defense Industry) held a ceremony to hand over the sea vessel surveillance called HSV-6613 Giáo Su Vien sĩ Tran Đai Nghĩa, Admiral Pham Ngoc Minh, Deputy Commander, Chief of Navy has attended.
The ship is powered by four diesel combination generators, two Azimuth propeller, a propeller nose with the equipment information, navigation, weapons and other modern devices. The scope of operation of the ship is 5000 nautical miles at an average speed of 10 knots.
The ship’s design meets capability allows continuous operation at sea for 60 days and nights. The basic specifications of the ship as follows: Length overall: 66.3 m, maximum width: 13.2 m, depth: 6.5 m, draft at full load 4m, full displacement : 1550 tonnes.
Ship HSV-6613 was officially started in July - 2008, ship was launched in October - 2010. Until this time used for training and sea-trials conducted by military service.
Ocean surveillance ship named HSV-6613 Giáo Su Vien sĩ Tran Đai Nghĩa (all photos : QDND, ttvnol)
QĐND Online - in Danang, Song Thu Co. Ltd. (a member of the General Department of Defense Industry) held a ceremony to hand over the sea vessel surveillance called HSV-6613 Giáo Su Vien sĩ Tran Đai Nghĩa, Admiral Pham Ngoc Minh, Deputy Commander, Chief of Navy has attended.
HSV Tau - 6613 designed by the Damen Group (Netherlands) and constructed in the Song Thu Company contributions to overcoming the lack of equipment for research, survey, surveying the sea, all set chart warning waters of Vietnam, creating favorable conditions for exploration, exploitation, controlling and protection of marine resources.
This type of steel hull ships, unrestricted activity level, consistent with hydrographic features survey and marine survey measurements, meet standards and regulations for decentralization of shipbuilding steel shell of TCVN 6259/2003 Vietnam Register, Lloyd Register, as well as conventions and other regulations related to the survey ship, surveying the sea. The vessel line shape and drive systems for adaptive purposes, can be easily rotated even in narrow waters, storm strength on level 12.
The ship is powered by four diesel combination generators, two Azimuth propeller, a propeller nose with the equipment information, navigation, weapons and other modern devices. The scope of operation of the ship is 5000 nautical miles at an average speed of 10 knots.
The ship’s design meets capability allows continuous operation at sea for 60 days and nights. The basic specifications of the ship as follows: Length overall: 66.3 m, maximum width: 13.2 m, depth: 6.5 m, draft at full load 4m, full displacement : 1550 tonnes.
Ship HSV-6613 was officially started in July - 2008, ship was launched in October - 2010. Until this time used for training and sea-trials conducted by military service.
New Maritime Security System Debuts at Exercise Northstar
29 November 2011
It looked like any ordinary commercial ship approaching Singapore's shores, but the seemingly innocuous merchant ship was on a sinister mission.
Initially bound for Port Klang, the merchant vessel MV Avatar was hijacked in the South China Sea.
Armed with explosives, the hijackers demanded the release of some detained terrorists. Failing which, they would sail the MV Avatar into Jurong Island and detonate the ship.
Armed with explosives, the hijackers demanded the release of some detained terrorists. Failing which, they would sail the MV Avatar into Jurong Island and detonate the ship.
This was the scenario participants at Exercise Northstar VIII were faced with on 25 Nov. The exercise, which simulated multiple terrorist attacks at various locations in Singapore, was held from 10 to 25 Nov to test the whole-of-government approach in handling such emergencies.
In response to the hijacking simulation at sea, exercise participants despatched two patrol vessels from the Republic of Singapore Navy (RSN) and the Police Coast Guard (PCG) to flank the MV Avatar while they negotiated with the hijackers.
When negotiations stalled and the MV Avatar proceeded at full speed towards Jurong Island, the Special Operations Task Force (SOTF) moved in. The SOTF troopers approached via two Rigid Hull Inflatable Boats (RHIBs) and a Super Puma helicopter, and proceeded to board and storm the ship while the another helicopter provided air cover.
The hijackers were subdued and control of the ship was gained four nautical miles (approximately 7.4 km) away from Jurong Island.
This successful operation was made possible through a well-oiled National Maritime Security System (NMSS). Involving various maritime security agencies, the new framework enables the early detection of maritime threats and provides a timely and coordinated response to these threats.
It comprises a National Maritime Sense-making Centre (NMSC), which collates and analyses maritime information round-the-clock, and a National Maritime Operations Group (NMOG), which carries out operations to neutralise maritime threats.
Deputy Prime Minister, Coordinating Minister for National Security and Minister for Home Affairs Teo Chee Hean, who visited the final day of Exercise Northstar, also officially launched the Singapore Maritime Security Centre in Changi Naval Base.
After observing how the NMSS was tested through the simulated hijacking incident, he commented on the importance of the NMSS: "There's so much traffic in the maritime domain going on around us; we're one of the busiest ports in the world, so to be able to detect, sense-make and understand the threats developing and to pre-empt them before they occur is a very important first step.
"The second step is to be able to respond and interdict any such threats, and the final step... is to mitigate these threats if they do develop," he added.
Besides the sea simulation, Exercise Northstar also featured a chlorine leak simulation followed by blasts caused by vehicle-borne improvised explosive devices (IEDs) in Jurong Island on the same day. This simulation saw the Singapore Civil Defence Force (SCDF) containing the crisis, evacuating and treating casualties together with personnel from the Singapore Armed Forces (SAF) and the Ministry of Health.
Speaking to local media after observing the successful completion of the exercise, Mr Teo said: "This year's Exercise Northstar has tested our resilience in both the maritime and land domains... Exercises such as this are useful as they help all participating parties to be better prepared for any eventuality that may arise."
He also cautioned against complacency, saying: "We can never be too ready, so we always have to keep on practising. We must understand that the threats are unpredictable, so we cannot just be training for a specific threat, but we must have the flexibility to respond as the threats evolve."
This year's Exercise Northstar - the eighth in the series since it was started in 1997 - involved about 700 personnel from 18 agencies, including the SAF, SCDF, Singapore Police Force, the Immigration & Checkpoints Authority (ICA), the Maritime and Port Authority of Singapore and the Singapore Customs.
Besides Mr Teo, Minister for Defence Dr Ng Eng Hen, Senior Parliamentary Secretary for Defence and National Development Dr Mohamad Maliki Bin Osman and senior officials from various ministries were also present to witness the exercise.
(Mindef)
Simulasi Antiteror Yonif 700/Raider-Wabup Maros Disandera Teroris
(Foto: Fajar)
26 November 2011, Maros (SINDO): Batalion Infanteri (Yonif) 700/Raider, Komando Daerah Militer (Kodam) VII/Wirabuana kembali menggelar simulasi penanggulangan aksi terorisme di Kantor Bupati Maros, kemarin.
Dalam simulasi diceritakan personel Yonif 700/Raider membebaskan Wakil Bupati Maros yang disandera para teroris. Komandan Latihan Yonif 700/Raider Letnan Kolonel Infanteri Febriel Buyung Sikumbang mengatakan, dalam simulasi kali ini melibatkan sekitar 100 personel atau satu kompi. Simulasi ini untuk memantapkan kemampuan personel dalam penyelamatan sandera yang dilakukan teroris. “Operasi penyelamatan ini dilakukan, baik lewat udara menggunakan helikopter dan darat menggunakan kendaraan taktis (Rantis) dan Anoa (sejenis panser),”katanya.
Febrial mengakui bahwa Kabupaten Maros dan Gowa menjadi target latihan,sebab kedua wilayah ini merupakan penyangga ibu kota provinsi.Sebelumnya juga digelar simulasi latihan di Kantor PT Pertamina Pusat Makassar.“Simulasi juga pernah dilakukan di Kantor PT Telkom Makassar. Jadi, bukan hanya di kantor pemerintahan, tapi juga di lokasi objek vital di Makassar,”ucapnya. Sementara itu,Wakil Bupati Maros HA Harmil Mattotorang mengaku, sangat mendukung dan merespons simulasi yang digelar Yonif 700/Raider.
Dia mengatakan, simulasi ini juga bagian dari latihan,khususnya dalam melakukan koordinasi dengan pasukan Yonif 700/Raider ketika terjadi hal yang tidak diinginkan. Dalam simulasi, kelompok teroris menyandera Wakil Bupati Maros dan membuat pegawai di Kantor Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Maros Panik. Personel Yonif 700/Raider bergerak cepat dari udara dan darat, menggunakan helikopter dan kendaraan taktis serta panser.
Mereka terlibat aksi baku tembak dengan kelompok teroris yang menyebabkan beberapa anggota teroris tewas di tempat dan sebagian berhasil dilumpuhkan. Akhirnya Wakil Bupati Maros berhasil diselamatkan.
Sumber: SINDO
26 November 2011, Maros (SINDO): Batalion Infanteri (Yonif) 700/Raider, Komando Daerah Militer (Kodam) VII/Wirabuana kembali menggelar simulasi penanggulangan aksi terorisme di Kantor Bupati Maros, kemarin.
Dalam simulasi diceritakan personel Yonif 700/Raider membebaskan Wakil Bupati Maros yang disandera para teroris. Komandan Latihan Yonif 700/Raider Letnan Kolonel Infanteri Febriel Buyung Sikumbang mengatakan, dalam simulasi kali ini melibatkan sekitar 100 personel atau satu kompi. Simulasi ini untuk memantapkan kemampuan personel dalam penyelamatan sandera yang dilakukan teroris. “Operasi penyelamatan ini dilakukan, baik lewat udara menggunakan helikopter dan darat menggunakan kendaraan taktis (Rantis) dan Anoa (sejenis panser),”katanya.
Febrial mengakui bahwa Kabupaten Maros dan Gowa menjadi target latihan,sebab kedua wilayah ini merupakan penyangga ibu kota provinsi.Sebelumnya juga digelar simulasi latihan di Kantor PT Pertamina Pusat Makassar.“Simulasi juga pernah dilakukan di Kantor PT Telkom Makassar. Jadi, bukan hanya di kantor pemerintahan, tapi juga di lokasi objek vital di Makassar,”ucapnya. Sementara itu,Wakil Bupati Maros HA Harmil Mattotorang mengaku, sangat mendukung dan merespons simulasi yang digelar Yonif 700/Raider.
Dia mengatakan, simulasi ini juga bagian dari latihan,khususnya dalam melakukan koordinasi dengan pasukan Yonif 700/Raider ketika terjadi hal yang tidak diinginkan. Dalam simulasi, kelompok teroris menyandera Wakil Bupati Maros dan membuat pegawai di Kantor Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Maros Panik. Personel Yonif 700/Raider bergerak cepat dari udara dan darat, menggunakan helikopter dan kendaraan taktis serta panser.
Mereka terlibat aksi baku tembak dengan kelompok teroris yang menyebabkan beberapa anggota teroris tewas di tempat dan sebagian berhasil dilumpuhkan. Akhirnya Wakil Bupati Maros berhasil diselamatkan.
Sumber: SINDO
Friday, November 25, 2011
Kemhan Uji Coba 22 Unit Roket R-Han 122
25 November 2011, Baturaja (DMC): Kementerian Pertahanan Republik Indonesia melalui Direktorat Teknik Industri Pertahanan Direktorat Jenderal Potensi Pertahanan (Dirtekindhan Ditjen Pothan) bersama Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) kembali melakukan uji coba Roket R-Han 122. Uji coba dilakukan di Pusat Latihan Tempur TNI AD, Baturaja, Sumatera Selatan, Jum’at (25/11).
Selain bersama LAPAN, dalam uji coba tersebut Kemhan juga melibatkan pihak – pihak terkait dari industri pertahanan dalam negeri antara lain PT. Pindad, PT. DI dan PT. Dahana. Selain itu, Kemhan juga mengundangan TNI AL sebagai calon pengguna Roket R-Han 122.
Uji coba kali ini merupakan hasil dari evalusi uji coba yang dilakukan sebelumnya pada bulan November 2010 di tempat yang sama. Melalui uji coba dan evaluasi secara terus menerus diharapkan Program Roket Nasional dengan nama R-Han 122 tersebut nantinya dapat mencapai hasil yang maksimal dan siap diproduksi sesuai keinginan pengguna dalam hal ini TNI.
Dalam Uji coba kali ini, diluncurkan Roket R-Han 122 sebanyak 22 unit yang terdiri dari tiga unit warhead smoke (asap) dan 19 unit wearhead live (tajam). Dari 22 unit tersebut, satu unit roket warhead smoke (asap) telah diluncurkan Kamis Sore (24/11), sedangkan 21 unit seluruhnya diuji coba pada Jum’at (25/11). Peluncuran berjalan lancar dan sukses meski dalam cuaca hujan.
Dari 21 unit Roket R-Han 122 yang diluncurkan hari ini terdiri dari dua roket warhead smoke (asap) dan 19 unit roket warhead live (tajam). Peluncuran roket dibagi dalam empat tahap dilaksanakan secara salvo menggunakan mobil launcher. Tahap satu 3 unit, kedua 6 unit, ketiga 6 unit dan keempat 6 unit.
Roket R-Han 122 yang memiliki jarak jangkau 14 kilometer tersebut merupakan hasil kerjasama yang sinergi antara Kementerian Pertahanan dengan Kementerian Riset dan Teknologi, LAPAN, PT. Pindad, dan pihak terkait lainnya. Pengembangan roket R-Han 122 dalam rangka mengurangi ketergantungan pengadaan dari luar negeri dengan memberdayakan potensi dan kemampuan industri pertahanan dalam negeri.
Hadir menyaksikan dan meninjau secara langsung uji coba Roket R-Han 122 antara lain Staf Ahli Menhan Bidang Keamanan Kemhan Mayjen TNI Zaenal Fahri Tamzis dan sejumlah pejabat Kemhan, Mabes TNI AL dan industri pertahanan dalam negeri.
Sumber: DMC
Subscribe to:
Posts (Atom)