Taring kekuatan Angkatan Laut India (Indian Navy --IN) bertambah lagi dengan diresmikannya pengoperasian kapal perang jenis fregat berkarakteristik siluman (stealth frigate), INS --Indian Navy Ship-- Shivalik (F47), hasil produksi industri dalam negeri India, Mazagon Doks Limited (MDL), pada 29 April 2010.
India, melalui pernyataan Menteri Pertahanan Shri AK Antony, saat melakukan peresmian di galangan MDL, Mumbai, menegaskan bahwa, AL India akan mengubah paradigma kebijakan dari "Buyer's Navy to Builder's Navy". Dapat diartikan, India akan mengutamakan sepenuhnya produksi industri strategis dalam negeri dalam pemenuhan kebutuhan alat utama sistem persenjataan (alutsista) Angkatan Bersenjatanya --dalam konteks ini IN, ketimbang membeli alutsista sejenis dari luar negeri. Kalau di dalam negeri bisa dibuat, untuk apa beli dari luar? Begitu maksud pernyataan Antony.
Pembangunan INS Shivalik diawali dengan pengajuan Project 17 (P17) oleh IN pada tahun 1997. IN menginginkan punya fregat siluman hasil rancangan dan produksi dalam negeri. Proposal P17 kemudian disetujui oleh pemerintah India tahun itu juga dan sebanyak tiga unit stealth frigate ditetapkan akan dibuat untuk tahap pertama. Setahun kemudian, penandatangan dengan pihak pembuat, MDL, dilaksanakan. Lalu sejak 1999-2001 pengerjaan awal proyek itu secara bertahap mulai dilaksanakan.
Sebagai penggagas, IN yang diwakili oleh Naval Design Bureau (NDB) diberi kewenangan untuk mengajukan desain fregat yang diinginkan. Hal ini merupakan jalan terbaik karena Angkatan Laut sendiri lah sebagai pengguna nantinya, yang paling tahu mengenai spesifikasi teknis kapal perang yang diinginkan. Meski demikian, proses perancangan memang tidak langsung berjalan mulus. Beberapa perubahan desain sempat dilakukan terkait dengan penyesuaian persenjataan yang akan dipilih maupun dimensi lambung. Demikian juga perihal material kerangka baja untuk lambung kapal, maupun spesifikasi untuk komponen lainnya. Untuk masalah baja, misalnya, India yang tadinya akan menggunakan baja D-40S impor dari Rusia, akhirnya banting setir memproduksi baja khusus di dalam negeri karena terjadi beberapa kendala menyangkut D-40S. Itu hanya contoh masalah, namun secara keseluruhan pembuatan kapal akhirnya bisa dirampungkan melalui pengerjaan yang dibagi ke dalam 172 modul.
Dalam pengerjaan, terbilang lumrah, India memang masih bekerja sama dengan pihak luar. Perancangan kapal misalnya, NDB mendapat bantuan asistensi dari Biro Desain Severnoye, Rusia (SPKB - Severnoye Proyektno-Konstruktorskoye Bjuro) untuk memperbesar dimensi dan merombak fregat kelas Talwar (Krivak III) yang dijadikan basis rancang bangun INS Shivalik. Kita maklumi dalam hal ini karena Talwar class yang merupakan modifikasi Krivak III juga dibuat oleh Rusia. Lebih jauh patut kita pahami kalau hubungan India dan Rusia dalam transfer teknologi juga sudah terjalin baik sejak lama, lebih setengah abad lalu.
Selain dengan Rusia, dalam pembuatan INS Shivalik, negeri Bollywood juga menggaet jagoan pembuat fregat siluman dari Perancis, yakni DCN International, pabrik pembuat La Fayette class (fregat siluman AL Perancis) maupun Formidable class (fregat siluman AL Singapura).
Tanggal 18 April 2003 INS Shivalik mulai diluncurkan. Setelah itu, kapal kedua dengan nama INS Sahyadri (F48) diluncurkan pada 4 Juni 2004, dan kapal ketiga INS Satpura (F49) diluncurkan pada 27 Mei 2005.
INS Shivalik (Shivalik class atau sebagian menyebut S-class, sebagai cetak biru pertama) yang namanya diambil dari bentang Bukit Shivalik sepanjang 2.500 km di gugus Pegunungan Himalaya, memiliki dimensi panjang 142,5 meter, lebar 16,9 meter, dan draught 4,5 meter. Kapal dengan bobot mati 6.200 ton ini diyakini sebagai salah satu fregat terbesar dan terberat di dunia.
Kapal multiperan (penyerang daratan, udara, dan bawah laut) ini diawaki oleh 257 personel, 35 di antaranya adalah perwira. Fregat ini dirancang mampu melaju dalam kecepatan jelajah (cruising speed) 18 knot (41 km/jam) dan mampu mencapai jarak maksimal 5.000 mil laut atau 9.000 km. Sementara kecepatan maksimalnya berada pada kisaran 32 knot (59 km/jam).
INS Shivalik dapat digunakan nonstop berlayar selama sebulan tanpa pengisian ulang bahan bakar (refueling). Hal ini tercapai karena fregat ini menggunakan tenaga pendorong paduan mesin Diesel dan Turbine Gas atau CODOC (Combined Diesel or Gas Turbine) yang merupakan bagian teknologi terkini yang dikembangkan. Sebagai kapal perang yang harus tahan lama di laut, INS Shivalik juga dilengkapi sistem yang dapat mengubah air laut menjadi air tawar untuk berbagai keperluan. Teknologi ini lazim menjadi kelengkapan kapal-kapal modern.
Sifat siluman yang dimiliki oleh fregat F47, tercapai karena perolehan tangkapan yang kecil menggunakan radar musuh, infra merah, maupun sonar. Beberapa bagian bentuk kapal bagian atas sengaja dibuat bersudut-sudut untuk mendispersikan gelombang radar musuh, lalu suara dari mesin disalurkan ke alat peredam, sedangan emisi panas dari mesin disalurkan ke saluran peredam. Dengan beragam paduan teknologi stealth ini, bisa dikatakan, F-47 memiliki "selimut" pelindung agar tidak terdeteksi oleh musuh.
Hasil pengujian laut (sea trial) dengan kapal perang AL India lainnya membuktikan, INS Shivalik tidak terdeteksi dalam radar kapal lain pada jarak 100 km. Hal ini memberikan keuntungan bagi F47 untuk melakukan penyerangan terhadap musuh dalam jarak dekat. Sebaliknya, INS Shivalik dilengkapi beragam peralatan elektronika modern, sehingga ia bisa menerima segala jenis informasi baik sasaran maupun situasi medan perang yang dikirimkan melalui pesawat udara, satelit, atau wahana terbang robotik. Komandan kapal dapat memonitor medan pertempuran melalui perangkat CAIO (Computer Aided Action Information Organisation).
Kapal ini juga punya pusat syaraf penyampai segala macam informasi ke Pusat Komando secara digital dan real time melalui perangkat AISDN (ATM-based Integrated Services Digital Network), yang terintegrasi dengan radar maupun sensor. Melalui AISDN, kondisi mesin, sistem kendali, radar, persenjataan, radio, dan lainnya bisa ditransmisikan secara digital ke Pusat Komando.
Dalam hal persenjataan, INS Shivalik dilengkapi satu kanon utama Oto Melara 76 mm Super Rapid (SRGM) berdaya jangkau 15-20 km di bagian haluan, lalu dua unit senapan mesin AK-630 kaliber 30 mm ikut melengkapi, serta 32 unit rudal antipesawat Barak buatan Israel sebagai generasi pengganti era Phalanx CISW. Tidak hanya itu kapal juga masih dilengkapi 24 rudal darat ke udara 9M317(SA-N-12), 8 rudal jelajah multiguna Klub/Brahmos yang bisa mencapai jarak 300 km, rudal antikapal selam 90R dan Klub, torpedo DTA-53-956, dan dua unit peluncur roket antikapal selam RBU-6000 (RPK-8). Kapal juga diperkuat oleh dua helikopter Sea King Mk.42B atau heli Dhruv buatan dalam negeri, yang siaga di dek, baik untuk angkut personel maupun heli antikapal selam.
F47 juga dilengkapi alat penyaring udara dari kontaminasi Nubika (Nuklir, Biologi, Kimia) sehingga udara yang masuk ke dalam kapal terbebas dari racun-racun yang dapat mematikan manusia itu. Dengan TACS (Total Atmospheric Control System), dipastikan bahwa INS Shivalik dapat digunakan di medan perang Nubika.
Dengan segala keunggulannya, Shivalik class dirancang untuk memperkuat jajaran fregat AL India, melengkapi fregat bersenjata rudal Talwar (Krivak III) class, Brahmaputra class, Godavari class, dan Advanced Talwar (Krivak IV) class. Selain fregat, AL India masih memiliki kapal perusak (Destroyer) INS Delhi dan INS Raiput (proyek berikutnya adalah Kolkata class akan rampung pada 2012). Lalu kapal korvet (Corvette) terdiri dari INS Kora, INS Khukri, INS Veer dan INS Abhay (program berikutnya Project 28/28A akan rampung pada 2012).
Jangan lupa pula bahwa India juga memiliki armada kapal selam Shindughosh class dan Shishumar class serta kapal induk INS Viraat, lalu kapal induk INS Vikrant yang sedang dalam proses pembuatan di industri dalam negeri India CSL (Chocin Shipyard Limited) -- beroperasi pada 2015, maupun kapal induk buatan Rusia INS Vikramaditya (beli bekas dari Rusia, Kiev class, Admiral Gorshkov) yang akan datang pada 2012.
Melalui Proyek 17 dan berikutnya Proyek 17A untuk pembuatan tujuh Shivalik class berikutnya, pemerintah India memang bersungguh-sungguh ingin membangun kekuatan maritimnya menjadi salah satu yang terkuat di kawasan regional, bahkan di dunia.
Shivalik class yang harga per unitnya mencapai 650 juta dolar AS (Rs 2,600 crore), bukanlah proyek akhir yang akan menjadi penutup pembangunan alutsista IN. Kalau kita mau membuka mata lebar-lebar, malah masih segudang agenda lain yang disiapkan IN maupun pemerintah negeri Bollywood sebagaimana disinggung di atas. Semoga, apa yang dilakukan oleh India, juga akan menginspirasi kita, Indonesia, sebagai salah satu negara pemilik wilayah lautan terluas di dunia
No comments:
Post a Comment